Banjarbaru (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (BPBD Kalsel) mengatakan mitigasi bencana periode 2024 di provinsi ini lebih optimal dalam menekan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dibanding dengan periode 2023.
“Alhamdulillah manajemen penanganan bencana tahun ini lebih baik. Pada 2023 memang kejadian karhutla cukup signifikan melahap puluhan ribu hektare lahan, dan tahun ini luasan yang telah ditangani petugas hanya sekitar 650 hektare,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Bambang Dedi Mulyadi saat dikonfirmasi di Banjarbaru, Rabu.
Dia menjelaskan, data yang menunjukkan perbedaan sangat signifikan itu, merupakan hasil kolaborasi seluruh pihak karena bercermin pada kejadian tahun lalu, sehingga tahun ini mampu menekan karhutla dengan mitigasi lebih dini.
“Kemudian pada Juli lalu, kami melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) di langit Kalsel lebih dini sebelum cuaca ekstrem, langkah ini cukup membantu pembasahan hutan dan lahan yang berpotensi terbakar saat kemarau. Kemudian kami mengusulkan lebih awal bantuan empat unit helikopter ke BNPB, pusat merespons dengan cepat dan segera mengirimkan bantuan helikopter,” ujarnya.
Bambang menjelaskan dua langkah mitigasi dini ini merupakan hasil rakor penanggulangan karhutla mengevaluasi kejadian 2023, dan terbukti mampu mencegah karhutla tahun ini karena tidak menyebar lebih banyak dengan mitigasi disiapkan secara matang sebelum puncak musim kemarau pada September-Oktober sesuai prediksi BMKG.
Dia mengatakan pula respons cepat BNPB ini mampu mengendalikan karhutla di Kalsel karena 40 persen lebih lahan gambut yang terbakar berada di titik yang sulit dijangkau oleh satgas darat BPBD.
“Hal ini membuktikan peran helikopter cukup ampuh membasahi lahan yang berada di luar jangkauan petugas darat BPBD provinsi dan kabupaten/kota. Sementara itu, BPBD Kalsel menetapkan status siaga karhutla sejak 21 Agustus hingga 31 Oktober 2024,” tutur Bambang.
Sebagai data perbandingan, kejadian karhutla di Kalsel pada 2023 yang melahap puluhan ribu hektare lahan, telah berdampak luas terhadap aktivitas dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Dinkes Kalsel saat itu, tercatat lebih dari 200 ribu warga terkena infeksi saluran pernapasan akibat kabut asap.
Bahkan, kejadian karhutla di Kalsel pada 2023 mendapatkan sorotan dari pemerintah pusat karena penerbangan pesawat di Bandara Syamsudin Noor terganggu, aktivitas beberapa sekolah yang terdampak kabut asap juga terganggu, penutupan akses jalan raya di beberapa titik, dan masih banyak dampak lainnya.
“Secara umum, para pemangku kepentingan di Kalsel mampu memetakan dengan baik dan melakukan langkah pencegahan lebih dini sehingga kejadian karhutla tahun ini lebih terkendali,” ujar Bambang.
Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Kalsel Goeroeh Tjiptanto mengatakan prakiraan cuaca di Kalsel periode November terjadi hujan secara menyeluruh, curah hujan dengan intensitas menengah terjadi hampir di seluruh wilayah Kalsel.
Sedangkan curah hujan dengan intensitas tinggi terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Tabalong, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tapin, Barito Kuala, Banjarmasin, Banjarbaru, dan Tanah Laut.