Banjarmasin (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI memberikan penghargaan kepada Pemerintah Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan terkait program inovasi revitalisasi bahasa daerah.
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyerahkan penghargaan tersebut kepada Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Prof Rustam "sibak" bahasa daerah Banjar Kalsel
"Alhamdulillah berkat doa dan dukungan warga Kota Banjarmasin semua, kita kembali mendapat penghargaan dalam mendukung revitalisasi bahasa daerah," kata Ibnu Sina saat dikonfirmasi di Banjarmasin, Kamis.
Dia pun menyampaikan Banjarmasin merupakan Kota Pusaka Nusantara yang terdiri dari 36 etnis dan menggunakan 28 bahasa daerah.
Disampaikan dia, keberagaman tersebut bisa dilihat karena banyak penutur Bahasa Banjar yang menjadikan bahasa kedua sesudah Bahasa Indonesia.
"Kita akan terus dan kembangkan sebagai salah satu pengayaan bahasa, terutama melestarikan bahasa Banjar sebagai salah satu warisan budaya. Kita telah mengimplementasikan lewat Perwali Nomor 86 Tahun 2023 tentang Kurikulum Muatan Lokal yang mewajibkan revitalisasi bahasa daerah di sekolah," ujarnya.
Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina pun memfasilitasi penuh para guru untuk membuat berbagai program dan kegiatan pelestarian bahasa daerah.
Pimpinan Pemkot Banjarmasin turut serta menginisiasi Bahasa Banjar sebagai muatan lokal (Mulok) jenjang SD/SMP dengan menerbitkan Perwali tadi.
Langkah yang diambil pun tergambar jelas lewat adanya penyediaan buku teks Banjar sebagai penunjang yang dibagikan secara gratis kepada seluruh SD.
Selain itu, pembinaan juga terlihat melalui semarak program Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang menjadi salah satu rangkaian agenda Hari Jadi Ke-497 Kota Banjarmasin 2023.
Pemko Banjarmasin terbukti berhasil menggerakkan ribuan guru dan siswa jenjang SD/SMP se-kota Banjarmasin untuk peduli dan turut serta dalam pelestarian bahasa Banjar dan menghasilkan puluhan ribu penutur muda yang mencintai Bahasa Banjar.
Baca juga: Bahasa Banjar Kalsel terancam punah tanpa pelestarian