Jakarta (ANTARA) - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan Sesar Meratus yang mengguncang Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, terbentuk pada zaman pra-tersier dan mengalami reaktivasi sehingga tergolong sesar aktif.
"Sesar itu berarah relatif utara timur laut hingga selatan barat daya," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam laporan di Jakarta, Selasa.
Pada 13 Februari 2024, pukul 08:22 WIB, gempa berkekuatan 4,7 magnitudo dengan kedalaman 10 kilometer mengguncang Kabupaten Banjar dan sebagian wilayah Kalsel.
Baca juga: BMKG: Gempa tektonik magnitudo 4,7 guncang Kalsel dan Kalteng
Kejadian gempa bumi itu telah mengakibatkan kerusakan bangunan di Desa Sungkai Baru, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Banjar.
Guncangan gempa bumi diperkirakan terasa di sekitar lokasi pusat gempa bumi pada skala intensitas III-IV modified mercally intensity (MMI).
Berdasarkan data Badan Geologi, morfologi daerah terlanda guncangan gempa bumi tersebut umumnya berupa dataran, dataran bergelombang, dan perbukitan bergelombang hingga terjal pada bagian timur-timur laut.
Daerah itu tersusun oleh dominan tanah lunak (kelas E) dan tanah sedang (kelas D), sedangkan pada morfologi perbukitan tersusun oleh tanah keras (kelas C).
Daerah tersebut pada umumnya tersusun oleh batuan berumur pra-tersier (berupa batuan metamorf, batuan meta sedimen), batuan berumur tersier (berupa batuan sedimen, batu gamping), dan endapan kuarter berupa endapan aluvial sungai, aluvial pantai serta rombakan.
Baca juga: BMKG : Gempa di Kalsel akibat aktivitas patahan Meratus
Endapan kuarter dan batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan pada umumnya bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Menurut data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi rendah.
"Kejadian gempa bumi itu tidak menyebabkan terjadinya tsunami karena lokasi pusat gempa bumi terletak di darat," kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid.
Lebih lanjut dia mengimbau masyarakat untuk menggunakan konstruksi bangunan tahan gempa bumi guna menghindari dari risiko kerusakan dan juga harus dilengkapi dengan jalur serta tempat evakuasi.
Mitigasi gempa bumi melalui mitigasi struktural dan non struktural harus ditingkatkan mengingat wilayah Kabupaten Banjar tergolong rawan gempa bumi.
Baca juga: BPBD Tapin: Tak ada kerusakan atau korban jiwa akibat gempa Kalsel
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Sambas