Desa yang berada di aliran Sungai Barito tersebut memiliki daya tarik tersendiri karena disebutkan juga sebagai "Desa Seribu Jukung" atau sampan yang menjadi salah satu situs Geopark Meratus.
Geopark "Taman Bumi" Pegunungan Meratus yang ditetapkan secara nasional pada 2018 memiliki sebanyak 54 situs terbagi pada empat rute penjuru angin, yakni, Timur, Barat, Selatan dan Utara, Desa Pulau Sewangi masuk pada situs di bagian rute Barat.
Di desa ini dinyatakan sebagai situs Geopark karena adanya pembuatan perahu tradisional khas Banjar yang sudah turun temurun dilakoni masyarakatnya.
Bahkan produk jukung (sampan), kelotok (perahu bermesin) dari Desa Pulau Sewangi menyebar ke mana-mana hingga luar daerah, artinya kualitasnya tidak diragukan lagi.
Baca juga: Mengangkat Desa Belangian jadi objek wisata Geopark Nasional
Kearifan masyarakat lokal di pulau Sewangi inilah yang menjadi bagian pesona Geopark Pegunungan Meratus bagi tanah Kalimantan Selatan yang dinyatakan Gubernur H Sahbirin Noor bagaikan sehelai selendang yang diturunkan dari surga.
Karena daerahnya memperlihatkan keindahan alam yang tiada tara, kaya akan flora dan fauna, mengandung intan dan permata, khazanah seni dan budaya serta kearifan lokal lainnya.
Kalimantan Selatan Babussalam adalah slogannya saat ini untuk menunjukkan bahwa provinsi dengan 13 kabupaten/kota sebagai pintu keselamatan bagi Indonesia dan dunia.
Salah satu upayanya menciptakan Geopark Pegunungan Meratus yang bertujuan untuk pelestarian alam dan lingkungan sebagai paru-paru dunia.
Tidak hanya alamnya, tapi kearifan lokal yang lahir darinya, sebagai bagian dari anugerah bagi bumi ini yang dihuni umat manusia dengan segala ragamnya.
Kembali ke Desa Pulau Sewangi, Pejabat Bupati Barito Kuala Mujiyat SP juga menyatakan bahwa kearifan lokal masyarakat di sana bagian dari pesona pariwisata daerahnya dan Provinsi Kalsel hingga Indonesia pada umumnya.
Di sana menggambarkan bagaimana kehidupan, inovasi dan bakat yang luar biasa dilakoni masyarakatnya, hingga patut disaksikan dan diapresiasi masyarakat dunia.
Keahlian membuat sampan, perahu hingga kapal di miliki masyarakat Desa Pulau Sewangi sangat menakjubkan, sejak dengan peralatan tradisional hingga masuknya teknologi saat ini.
Ciri khas dan budaya yang sudah mereka warisi turun temurun tetap lestari untuk menciptakan karya yang menjadi pembeda dari daerah lainnya, sebagai salah satu keajaiban Geopark Pegunungan Meratus.
Mujiyat memastikan pemerintah daerah sangat memberikan perhatian bagi situs Geopark Pegunungan Meratus pada pembuatan perahu tradisional Banjar di Pulau Sewangi ini.
"Bahkan pak Gubernur Paman Birin juga sangat memberikan perhatian khusus untuk situs di Desa Pulau Sewangi, sama halnya dengan situs di daerah lainnya, karena komitmen bersama untuk menyukseskan Geopark Pegunungan Meratus menjadi Geopark Dunia," ujar Mujiyat.
Baca juga: Melestarikan pepohonan raksasa di Geopark Hutan Hujan Tropis Kahung
Pembuatan perahu
Desa Pulau Sewangi sebenarnya lebih dekat dengan Kota Banjarmasin daripada ibukota Kabupaten Barito Kuala, Marabahan.
Karena Desa Pulau Sewangi hanya berbatasan dengan sungai yang tidak terlalu luas dengan wilayah Alalak Selatan, Banjarmasin Utara, jika ditempuh dari pusat Kota Banjarmasin paling lama hanya sekitar 30 menit.
Menapaki jalan Pulau Suwangi yang hanya infrastruktur jalan beton yang tidak terlalu lebar atau hanya bisa dilalui satu mobil, pemandangan galangan pembuatan perahu cukup banyak ditemui.
Baik perahu yang sudah jadi dan dicat, maupun perahu yang dalam proses pembuatan, para pembuat perahu nampak beraktivitas di setiap galangan.
Kepala Desa Pulau Sewangi Syarifah Saufiah menyampaikan hampir 70 persen mata pencaharian warga sebagai perajin pembuatan sampan atau perahu ini.
"Artinya ada perajin ada pengusahanya, pemilik galangan," ujarnya.
Di desanya ini ada sekitar 900 kepala keluarga atau sekitar 3.000 jiwa.
Sebagai daerah kepulauan yang tidak banyak lahan, para warganya tidak banyak yang memiliki lahan pertanian ataupun perkebunan, hingga mayoritas untuk perekonomian berasal dari kerajinan membuat perahu tradisional Banjar ini.
Desa Pulau Sewangi sudah ribuan memproduksi sampan maupun perahu sejak puluhan hingga lebih seratus tahun lalu, karena keahlian membuat transportasi air ini diwarisi turun temurun.
Menurut Kades Pulau Sewangi bahwa bahan baku kayu untuk pembuatannya kebanyakan berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah.
Dia pun menyampaikan tantangan yang cukup besar bagi kerajinan pembuatan sampan dan perahu di desanya saat ini, dengan sudah tersedianya jalan darat hampir menembus ke seluruh wilayah di provinsi ini.
Sehingga, transportasi air tidak banyak lagi digunakan berimbas juga mulai sangat berkurangnya pesanan untuk diproduksi.
Untungnya masih ada perhatian pemerintah untuk keberlanjutan, di antaranya banyak program pemerintah untuk bantuan pengadaan perahu yang dipesan di desanya.
"Misalnya ada sampan untuk pengangkut sampah atau pembersih sampah di sungai, baik dari Kota Banjarmasin maupun dari Kabupaten Barito Kuala sendiri," tuturnya.
Dia pun juga berterima dan bersyukur desanya menjadi salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus, di mana ini juga membawa berkah bagi kemajuan desa.
"Kami dari BP Geopark Pegunungan Meratus dari Pemprov Kalsel juga ada dibantu pembangunan dermaga," ujarnya.
Dengan status sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus ini, diharapkan kedepannya desanya bisa lebih maju, perhatian pemerintah daerah Barito Kuala juga provinsi dan pusat lebih besar.
Utamanya pada peningkatan sarana dan prasarana fasilitas umum, seperti jalan dan jembatan juga perbaikan sanitasi, harapannya dibantu agar lebih baik, setidaknya sama yang didapatkan daerah lain.
Syarifah menyampaikan, bahwa pembangunan kemanusiaan di desanya sudah bisa meningkat, dengan berbagai penghargaan yang sudah diraih, bahkan nasional.
Sebut saja yang baru ini desanya meraih penghargaan sebagai desa ramah perempuan dan peduli anak tingkat nasional. Sebelumnya juga desanya meraih penghargaan sebagai desa Bersinar atau desa bersih dari narkotika dari BNN dan desanya juga terpilih mewakili Kabupaten Barito Kuala untuk tingkat provinsi pada penilai sebagai desa kualitas peningkatan keluarga.
Dari semua itu, tentunya tidak berlebihan kiranya harapan dirinya sebagai Kades dan masyarakatnya untuk mendapat sedikit perhatian bagi kemajuan desa, apalagi banyak wisatawan yang datang ke sini, tidak hanya lokal tapi mancanegara.
"Bahkan setiap pekan itu ada saja wisatawan dari Jepang, dari Australia dan negara lainnya berkunjung ke sini, orang luar itu tertarik ingin melihat proses pembuatan perahu maupun sampan di daerah kami," ujarnya.
Untuk oleh-oleh bagi wisatawan, warganya didampingi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mulai memproduksi kerajinan miniatur dari bekas-bekas kayu dari pembuatan sampan atau perahu.
"Seperti jukung atau sampan mini, gantung kunci atau kalung," tuturnya.