Baik perahu yang sudah jadi dan dicat, maupun perahu yang dalam proses pembuatan, para pembuat perahu nampak beraktivitas di setiap galangan.
Kepala Desa Pulau Sewangi Syarifah Saufiah menyampaikan hampir 70 persen mata pencaharian warga sebagai perajin pembuatan sampan atau perahu ini.
"Artinya ada perajin ada pengusahanya, pemilik galangan," ujarnya.
Di desanya ini ada sekitar 900 kepala keluarga atau sekitar 3.000 jiwa.
Sebagai daerah kepulauan yang tidak banyak lahan, para warganya tidak banyak yang memiliki lahan pertanian ataupun perkebunan, hingga mayoritas untuk perekonomian berasal dari kerajinan membuat perahu tradisional Banjar ini.
Desa Pulau Sewangi sudah ribuan memproduksi sampan maupun perahu sejak puluhan hingga lebih seratus tahun lalu, karena keahlian membuat transportasi air ini diwarisi turun temurun.
Menurut Kades Pulau Sewangi bahwa bahan baku kayu untuk pembuatannya kebanyakan berasal dari Provinsi Kalimantan Tengah.
Dia pun menyampaikan tantangan yang cukup besar bagi kerajinan pembuatan sampan dan perahu di desanya saat ini, dengan sudah tersedianya jalan darat hampir menembus ke seluruh wilayah di provinsi ini.
Sehingga, transportasi air tidak banyak lagi digunakan berimbas juga mulai sangat berkurangnya pesanan untuk diproduksi.
Untungnya masih ada perhatian pemerintah untuk keberlanjutan, di antaranya banyak program pemerintah untuk bantuan pengadaan perahu yang dipesan di desanya.
"Misalnya ada sampan untuk pengangkut sampah atau pembersih sampah di sungai, baik dari Kota Banjarmasin maupun dari Kabupaten Barito Kuala sendiri," tuturnya.
Dia pun juga berterima dan bersyukur desanya menjadi salah satu situs Geopark Pegunungan Meratus, di mana ini juga membawa berkah bagi kemajuan desa.
"Kami dari BP Geopark Pegunungan Meratus dari Pemprov Kalsel juga ada dibantu pembangunan dermaga," ujarnya.
Dengan status sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus ini, diharapkan kedepannya desanya bisa lebih maju, perhatian pemerintah daerah Barito Kuala juga provinsi dan pusat lebih besar.
Utamanya pada peningkatan sarana dan prasarana fasilitas umum, seperti jalan dan jembatan juga perbaikan sanitasi, harapannya dibantu agar lebih baik, setidaknya sama yang didapatkan daerah lain.
Syarifah menyampaikan, bahwa pembangunan kemanusiaan di desanya sudah bisa meningkat, dengan berbagai penghargaan yang sudah diraih, bahkan nasional.
Sebut saja yang baru ini desanya meraih penghargaan sebagai desa ramah perempuan dan peduli anak tingkat nasional. Sebelumnya juga desanya meraih penghargaan sebagai desa Bersinar atau desa bersih dari narkotika dari BNN dan desanya juga terpilih mewakili Kabupaten Barito Kuala untuk tingkat provinsi pada penilai sebagai desa kualitas peningkatan keluarga.
Dari semua itu, tentunya tidak berlebihan kiranya harapan dirinya sebagai Kades dan masyarakatnya untuk mendapat sedikit perhatian bagi kemajuan desa, apalagi banyak wisatawan yang datang ke sini, tidak hanya lokal tapi mancanegara.
"Bahkan setiap pekan itu ada saja wisatawan dari Jepang, dari Australia dan negara lainnya berkunjung ke sini, orang luar itu tertarik ingin melihat proses pembuatan perahu maupun sampan di daerah kami," ujarnya.
Untuk oleh-oleh bagi wisatawan, warganya didampingi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) mulai memproduksi kerajinan miniatur dari bekas-bekas kayu dari pembuatan sampan atau perahu.
"Seperti jukung atau sampan mini, gantung kunci atau kalung," tuturnya.