Tanjung (ANTARA) - Pondok Pesantren Al Islam Desa Kambitin Kecamatan Tanjung, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan menjadi salah satu percontohan pelaksanaan Program Adaro Santri Sejahtera (PASS) sejak 2018.
Program yang dilaksanakan Yayasan Adaro Bangun Negeri (YABN) membina para santri pondok pesantren (Ponpes) dengan tujuan bisa berwirausaha agar bisa mandiri setelah ke luar dari ponpes.
Semangat ingin mencetak santri yang mandiri dengan menjadi wirausaha muda, menjadi obsesi yang sama dari tim Institut Pertanian Bogor melalui program One Village One CEO (OVOC).
Lewat Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Sociopreneur OVOC tim dosen dan mahasiswa peserta program OVOC IPB University memberikan pendampingan dan edukasi para santri agar bisa mandiri dan punya Wirausaha yang memberi dampak bagi lingkungan sekitar.
Safrina Dyah Hardiningtyas dosen di Departemen Teknologi Hasil Institut Pertanian Bogor mengatakan bentuk 'provokasi' yang dilakukan tim kepada para santri agar bisa mandiri salah satunya belajar produk olahan ikan.
"Provokasi kami untuk hal yang lebih baik dengan usaha sedikit membuat produk olahan ikan bisa menjual banyak," ungkap Dyah.
Dyah yang bergelar doktor ini mengawali pengolahan ikan nila dengan lebih dulu memberikan wawasan kepada santri dan santriwati soal konsep mutu pangan.
"Makanan selain enak juga harus bergizi dan halal. Usaha olahan harus serius dalam masalah kebersihan," jelasnya.
Pengolahan makanan yang bermutu tambahnya dimulai dari penggunaan air yang bersih hingga peralatan memasak yang bebas dari karatan serta tidak mudah korosif.
Dengan dibantu asistennnya bernama Misden tim IPB memandu cara pengolahan ikan nila menjadi Nuget yang bergizi dan enak.
Nuget ikan nila menggunakan bahan yang simpel dan mudah didapat mulai dari tepung tapioka, tepung panir dengan bumbu tambahan bawang bombai dan bawang putih.
Syamsudin selaku Ketua Pokja Perikanan di Ponpes Al Islam mengatakan kehadiran mahasiswa IPB melalui program OVOC ini memberi dampak positif bagi santri dan kemajuan pesantren.
"Dari pendampingan tim IPB kami mendapat masukan soal pengembangan budidaya perikanan termasuk mengembangkan makanan olahan berbahan ikan," jelas Syamsudin.
Kegiatan ini diikuti siswa kelas 2 dan 3 Aliyah dengan dibantu mahasiswa IPB yang mengikuti program OVOC selama 75 hari di Ponpes Al Islam.
Salah satu santri kelas 3 Rabiatun Adawiyah mengakui pengolahan Nuget berbahan ikan nila cukup praktis dan ia pun tertarik mencoba buka usaha kuliner setelah lulus di Ponpes Al Islam.
"Rasanya enak dan cara pembuatan nugget Ikan juga praktis. Alhamdulillah kami dapat tambahan ilmu dari edukasi tim IPB," ungkapnya.
Ia pun menyadari pendampingan dari tim IPB membuka pola pikirnya untuk bisa mandiri dan membuka usaha setelah lulus nanti.
Sebagai informasi Program One Village One CEO sendiri merupakan hasil matching fund melalui kerja sama dunia usaha dan Kreasi Reka (Kedaireka).
Kehadiran peserta progam OVOC ini diharapkan dapat menerapkan teknologi tepat guna secara optimal sehingga dapat meningkatkan pendapatan ponpes, memberikan nilai tambah produk, perbaikan mutu dan membantu mewujudkan usaha produktif secara berkelanjutan.(Adv)