Rantau (ANTARA) - Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan Nurdin mengungkapkan akibat asap kebakaran hutan dan lahan (karhutla) membuat kualitas udara di kabupaten setempat memburuk.
"Kualitas udara di Kabupaten Tapin saat ini sangat buruk," ungkapnya di Rantau, Selasa.
Baca juga: Tapin diselimuti asap karhutla, Disdik tunggu kebijakan untuk PJJ
Nurdin mengungkapkan indeks kualitas udara ini memburuk akibat intensitas kabut asap yang terjadi beberapa hari terakhir.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat agar menggunakan masker saat melakukan kegiatan atau aktivitas di luar rumah.
Terpisah, Pj Bupati Tapin Syarifuddin mengatakan akan melakukan rapat koordinasi terkait ancaman kabut asap tersebut.
"Segera kita tindaklanjuti," ungkapnya kepada ANTARA.
Baca juga: 30 hektare lahan terbakar di Desa Sungai Rutas Tapin
Sementara itu, siang tadi anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan relawan dari Tim Rescue Tapin (TRT) membagikan 2.000 masker kepada pelajar dan masyarakat umum sebagai tindakan awal.
"Pembagian masker ini merupakan langkah preventif dalam upaya pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, salah satunya adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang disebabkan dari asap akibat karhutla," ungkap Kabid Kedaruratan BPBD Tapin Sofyan.
Sofyan mengungkapkan, karhutla yang berhasil dicatat dan ditangani BPBD Tapin dari Juni-Oktober yakni 107 kasus dengan dampak 303,5 hektare dan titik panas 2.602. Sedangkan, se-Kalimantan Selatan total dampak karhutla mencapai 1.503 kasus dengan luas dampak 4.418 meliputi hutan dan lahan.
Terkait data ISPA di Kabupaten Tapin, sebelum terjadi karhutla kasusnya sudah tinggi. Usia balita paling banyak diserang ISPA.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Dinas Kesehatan Tapin Puji Winarta mengatakan tak ada peningkatan signifikan saat karhutla marak di Tapin pada Juni sampai sekarang.
"Signifikan kalau meningkat dua kali, dibanding sebelum ada karhutla," ungkapnya.
Baca juga: Nelangsa petani Cabai Rawit Hiyung dihantam karhutla
Apabila diklasifikasikan, angka kasus ISPA ini banyak menyerang balita, pada Januari (460 kasus), Februari (442 kasus), Maret (454 kasus), April (357 kasus), Mei (337 kasus), Juni (320 kasus), Juli (355 kasus) dan data terakhir Agustus (444 kasus).
Sedangkan untuk semua kelompok umur, totalnya ; Januari (1.323 kasus), Februari (1220 kasus), Maret (1.195 kasus), April (1.116 kasus), Mei (1.323 kasus), Juni (1.036 kasus), Juli (1.139 kasus) dan Agustus (1.323 kasus).
"Kebanyakan menyerang kelompok umur balita," ungkap Puji.
Puji menjelaskan, faktor banyaknya kasus ISPA di Kabupaten Tapin ini bisa disebabkan infeksi virus, bakteri ataupun jamur.
Baca juga: Banjarmasin tetapkan empat hari sekolah PJJ karena kabut asap