Banjarmasin (ANTARA) - Rois "Jami'iyyah Ahliih Ihoriqoh Al Mu'jabararoh An Nahdiiyyah atau Jatman Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) H Syakerani Nasri berpendapat, pembelajaran di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun Ma'had Indramayu Jawa Barat mungkin perlu pelurusan.
"Kalau ada hal-hal yang tidak sesuai aqidah Islam dalam pembelajaran di Ponpes Al Zaytun perlu pelurusan kembali," ujar Syakerani usai selaku narasumber pada sosialisasi Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila di Banjarmasin, Selasa.
Jatman sebuah organisasi keagamaan yang mengamati aliran-aliran dalam Islam seperti As'ariah, Naqsabandiyah, Qdhariah dan lainnya di Kalsel tercatat ada sepuluh, lanjut Syakerani.
Syakerani yang juga anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kalsel kurang sependapat kalau Ponpes Al Zaytun di Indramayu Jawa Barat (Jabar) ditutup atau dibubarkan, karena ratusan atau ribuan santri/peserta didik bisa terbengkalai pendidikan mereka.
Apalagi Ponpes Al Zaytun Indramayu merupakan Pusat Pendidikan Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian Menuju Masyarakat Sehat, Cerdas, dan Manusia.
Pasalnya menurut Syakerani yang juga Ketua Dewan Sura Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kalsel itu, persoalan yang muncul di Ponpes Al Zaytun itu pribadi Panji Gumilang selaku pemimpin
"Jadi baiknya mungkin sistem dan materi pembelajaran perlu pelurusan supaya sesuai aqidah Islam seperti laki-laki dan perempuan jangan dicapur," lanjut mantan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Banjarmasin Selatan dan Naib Kecamatan Banjarmasin Utara.
Sebelumnya dalam sosialisasi Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila oleh Sekretaris Komisi I Bidang Hukum dan Pemerintahan DPRD Kalsel H Suripno Sumas di Banjarmasin, 8 Agustus 2023 mencuat pertanyaan dari peserta tentang Al Zaytun dan Panji Gumilang pimpinan Ponpes tersebut.
Sementara Sekretaris Komisi I DPRD Kalsel Suripno Sumas mengimbau, masyarakat atau Kaum Muslim di provinsinya agar lebih berhati-hati memilih sekolah atau Ponpes untuk pendidikan anak-anaknya.
Selain itu, warga agar segera melaporkan kepada yang berwenang kalau ada melihat atau menemukan hal yang aneh-aneh seperti dalam hal pembelajaran agama, sehingga bisa penangan sejak dini.
"Apalagi Kalsel yang kini berpenduduk lebih empat juta jiwa tersebar pada 13 kabupaten/kota keadaan cukup kondusif serta masyarakat yang tergabung religius," ujar Suripno Sumas.