Chicago (ANTARA) - Harga emas turun tajam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menghentikan kenaikan selama tiga hari berturut-turut, karena dolar AS menguat menyusul pernyataan hawkish pejabat Federal Reserve, namun logam kuning masih bertahan di atas level psikologis 2.000 dolar AS.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange, anjlok 39,50 dolar AS atau 1,92 persen menjadi ditutup pada 2.015,80 dolar AS per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di 2.061,60 dolar AS dan terendah sesi di 2.006,00 dolar AS.
Emas berjangka melonjak 30,40 dolar AS atau 1,50 persen menjadi 2.055,30 dolar AS pada Kamis (13/4), setelah bertambah 5,90 dolar AS atau 0,29 persen menjadi 2.024,90 dolar AS pada Rabu (12/4), dan terangkat 15,20 dolar AS atau 0,76 persen menjadi 2.019,00 dolar AS pada Selasa (11/4).
Dolar AS menguat setelah Gubernur Federal Reserve Christopher Waller, salah satu hawkish terbesar bank sentral pada suku bunga, dalam sebuah pidatonya pada Jumat (14/4) mengatakan dia menginginkan lebih banyak pengetatan moneter meskipun ada bukti bahwa inflasi di Amerika Serikat turun dari tertinggi empat dekade.
Menurut dia, kebijakan moneter harus tetap ketat untuk jangka waktu yang cukup lama, dan lebih lama dari yang diantisipasi pasar. Suku bunga yang lebih tinggi menguntungkan dolar, sementara emas yang merupakan aset lindung nilai, tidak memberikan imbal hasil apa-apa.
"Dalam jangka pendek, emas bisa tetap sangat fluktuatif di kedua arah di sini," kata Ed Moya, analis platform perdagangan daring OANDA.
Terlepas dari kemunduran terbaru emas, Moya mengatakan ada cukup alasan bagi investor untuk tetap positif di aser safe haven ini.
"Komentar hawkish Fed meningkatkan risiko bahwa Fed dapat melakukan lebih banyak pengetatan setelah Mei dan suku bunga mungkin perlu tetap lebih tinggi lebih lama," tambahnya. "Agar inflasi dapat ditaklukkan, kita perlu melihat kesulitan ekonomi dan itu akan mendukung kasus bullish untuk emas."
Sementara itu, Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada Jumat (14/4) bahwa resesi AS mungkin terjadi karena kenaikan tajam suku bunga Federal Reserve selama setahun terakhir menyaring sepenuhnya perekonomian. Dia mendesak bank sentral untuk berhati-hati dalam mengambil kebijakan.
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Jumat (14/4), Presiden Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa satu lagi kenaikan suku bunga seperempat poin persentase dapat memungkinkan Federal Reserve untuk mengakhiri siklus pengetatannya dengan keyakinan bahwa inflasi akan terus kembali ke target bank sentral 2,0 persen.
Data ekonomi yang dirilis Jumat (14/4) beragam. Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa harga impor AS turun 0,6 persen pada Maret setelah tergelincir 0,2 persen yang direvisi pada Februari, jauh lebih besar dari yang diharapkan. Harga impor AS anjlok 4,6 persen secara tahun ke tahun.
Departemen Perdagangan AS melaporkan bahwa penjualan ritel AS turun satu persen pada Maret secara bulan ke bulan. Ini lebih curam dari penurunan 0,4 persen yang diperkirakan, dan di atas penurunan 0,2 persen yang direvisi pada bulan sebelumnya.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Mei turun 46,50 sen atau 1,79 persen, menjadi ditutup pada 25,46 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Juli merosot 11,50 dolar AS atau 1,08 persen, menjadi menetap pada 1.054,00 dolar AS per ounce.
Baca juga: Emas melonjak 30,40 dolar AS karena "greenback" melemah
Baca juga: Emas naik 0,29 persen setelah data inflasi lebih rendah dari perkiraan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori