Rantau (ANTARA) - Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pertanian Tapin, Kalimantan Selatan, Aji Budiono menyebut kenaikan harga beras di daerahnya karena dipicu ongkos produksi yang mahal di tingkat petani.
“Yang perlu diketahui bagaimana cara menghitung IHK (Indeks Harga Konsumen). Yang tahu BPS (Badan Pusat Statistik). Peningkatan harga wajar saja, komponen produksi juga meningkat,” ujarnya kepada ANTARA di sini, Jumat.
Atas dasar itulah, kata dia, ada kewajaran jika IHK beras Tapin masuk dalam deretan 10 besar tertinggi di Indonesia hingga tiga pekan di Februari 2023.
Baca juga: Pemkab Tapin rancang "food estate" untuk pangan IKN Nusantara
”Komponen produksi yang meningkat, misalnya harga pupuk, obat-obatan pertanian hingga bahan bakar minyak,” ujarnya.
Data Dinas Pertanian Tapin memperlihatkan, harga sepanjang Februari di tingkat petani, beras khusus (mayang) dari Rp18 ribu naik ke Rp19 ribu per liter mulai minggu pertama hingga akhir bulan. Sedangkan beras medium (ciherang, impari 42) stabil Rp11 ribu.
Pada periode yang sama, harga di tingkat konsumen beras khusus (mayang) dari Rp20 ribu minggu pertama naik Rp22.600 dan bertahan sampai penghujung bulan. Sedangkan, beras medium Rp13.300 dan beras premium Rp14 ribu, kedua jenis ini dari awal hingga akhir bulan tetap dengan nilai tersebut.
“Ini data mingguan kita. Senin saya kirim yang baru,” ujarnya.
Di Tapin, akhir Februari sampai sekarang sudah mulai panen. Maka, kata dia, dipastikan akan membuat pasokan padi meningkat.
"Kita harapkan bisa sedikit menekan harga beras," ujarnya.
Baca juga: Bangkitkan pertanian Kalsel sebagai kekuatan ekonomi sambut IKN Nusantara
=
Dinas Pertanian Tapin: Wajar harga beras naik, ongkos produksi mahal
Jumat, 3 Maret 2023 15:20 WIB