Banjarmasin (ANTARA) - Sejumlah warga meminati membeli aneka pakaian bekas dari luar negeri yang dijual di bilangan Pasar Tungging, Jalan Niaga atau Jalan Pasar Baru Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Pantauan di lokasi, Minggu pagi, menyaksikan warga berjejal lorong demi lorong di lokasi pasar yang buka sekali seminggu tersebut, hanya untuk memilih aneka pakaian eks impor dari berbagai negara itu.
Baca juga: Pasar loak jadi serbuan penggemar barang lama
Pasar yang menjajakan pakaian bekas impor dari luar negeri itu disebut Pasar Tungging karena pembeli memilih pakaian sambil "nungging" atau jongkok.
Seperti pakaian berupa kemeja, kaos, celana, jaket, bahkan sepatu, sandal, dan tas berupa ransel dan tas. Bukan hanya pakaian tetapi juga pakaian bekas berupa tas bepergian, tas tangan, sepatu, bahkan sampai pada kaos kaki bekas.
Pengunjung meluber sejak pagi dengan menggunakan kendaraan motor pribadi, angkutan umum, sepeda, bahkan tak sedikit yang ber jalan kaki. Pasar ini buka mulai matahari terbit hingga tengah hari atau sekitar pukul 12.00 WITA.
Pengunjung lebih banyak menyerbu pakaian, khususnya pakaian yang dijual murah, karena pakaian bekas atau yang disebut sebagai pakaian pajakan, atau dengan istilah "barang kapal."
Pedagang menawarkan aneka pakaian dengan merk terkenal seperti kaos merk Polo, jika di toko atau pusat perbelanjaan dibanderol harga Rp500 ribu, tapi di Pasar Tungging hanya Rp50 ribu.
Baca juga: Pakaian bekas import disenangi pembeli di Banjarmasin
Kalau kaos merk sama dengan kualitas agak "lusuh" ditawarkan seharga Rp30 ribu. Begitu juga merk Corocodile atau Levi's dijual dengan harga yang sama.
Akibat banyaknya pakaian bekas merk terkenal yang dijual tersebut maka tak heran jika Pasar Tungging atau juga sering disebut sebagai Pasar Kasbah tersebut menjadi serbuan orang hingga berjejal walau buka sejak pagi hingga tengah hari.
Aktivitas perdagangan pakaian bekas dari luar negeri sudah menjadi lokasi tujuan wisata belanja dan mampu menggerakkan perekonomian masyarakat.
Menurut informasi, pakaian bekas tersebut dibeli oleh pedagang kisaran Rp5 juta hingga Rp8 juta per karung dengan jumlah 300-500 potong..
Konon barang tersebut berasal dari berbagai negara seperti China, Korea, Jepang, kemudian para pedagang gelap mengumpulkan di dua wilayah Asia Tenggara dan disebar ke berbagai negara termausk Indonesia dan negara lain.
Di Indonesia, pakaian bekas tersebut menyebar hampir ke beberapa daerah pelosok Tanah Air.
Baca juga: Masuki Ramadhan, pasar tungging diserbu masyarakat