Sekilas tidak ada yang berbeda seperti kegiatan petani biasa saja, namun setelah didekati sekelompok orang itu merupakan penyandang disabilitas dengan keterbatasan secara fisik maupun non fisik.
Baca juga: Pemkab Lindungi Dan Layani Penyandang Disabilitas
Sejumlah petani yang menyandang disabilitas itu, menunjukkan hal yang tidak dibatasi oleh "keterbatasan", terlihat semangat, tetap produktif mengolah tanah kosong menjadi lahan perkebunan.
Para disabilitas yang tergabung dalam Kelompok Tani Inklusi Sejahtera itu mandiri menjalani kehidupan dan mengisi keseharian dengan kegiatan penuh manfaat bersama komunitasnya.
Seperti terlihat saat mereka panen sayur sawi di sebuah kebun di Desa Cindai Alus, Kecamatan Martapura, Kabupaten Banjar, Selasa, diwarnai kegembiraan dan semangat memanen hasil kebun.
"Prinsip kami, mandiri di tengah keterbatasan dan meski pun gerak kami terbatas tetapi tidak pernah menyurutkan semangat berusaha dan bekerja seperti orang normal," ujar Ketua Kelompok Tani Inklusif Sejahtera, Musoli saat ditemui di Cindai Alus, Martapura, Kabupaten Banjar, Selasa.
Menurut pria paruh baya yang harus rela kehilangan kaki kanan akibat kecelakaan lalu lintas 14 tahun lalu itu, anggota kelompok sebanyak 20 orang tetap semangat mengolah tanah kosong yang dijadikan kebun.
Baca juga: Banjar Dukung RUU Disabilitas
Ia mengatakan lahan tanah yang luasnya kurang lebih satu hektare dijadikan kebun sayur mayur, seperti bayam, kangkung dan sawi yang dijual kemudian bagi hasil dengan sistem persentase.
"Sistem pembagiannya, 30 persen untuk modal menanam kembali, 40 persen untuk perawatan sedangkan 30 persen masuk kas koperasi dan hasilnya digunakan untuk keperluan anggota," ungkapnya.
Ia menyebutkan hasil panen sayuran dijual kepada pengumpul dengan harga yang saat ini cukup tinggi sehingga bisa menghasilkan uang kisaran Rp1 juta dari lahan satu borongan ukuran 17 meter x 17 meter.
"Seperti Sawi yang ditanam di lahan seluas satu borongan, dengan harga dikisaran Rp1.500 hingga Rp2.000 per pak, totalnya menghasilkan uang kurang lebih Rp1 juta dengan modal dikisaran ratusan ribu," sebutnya.
Awalnya Isi Waktu
Dijelaskan, koperasi yang terbentuk sejak Oktober 2022 diawali dengan niat silaturahmi dan mengisi waktu para penyandang disabilitas agar tetap bersemangat menjalani roda kehidupan di tengah keterbatasan.
Disebutkan, awalnya koperasi yang dibentuk koperasi simpan pinjam untuk memenuhi kebutuhan anggota namun beralih ke pertanian karena bisa saling bersilaturahmi disamping hasil pertanian yang bisa diperoleh.
"Alhamdulillah, anggota semangat berkebun mengolah tanah kosong menjadi kebun sayuran sehingga mereka bisa saling silaturahmi dan menunjukkan potensi diri di tengah komunitas," ujar dia.
Ditekankan, di tengah aktivitas mengolah tanah hingga kemudian panen, mereka saling bercanda dan menyemangati sehingga anggota satu dengan lainnya bersemangat menjalani aktivitasnya.
"Kami disini merasa semua sama, saling menyemangati sekaligus juga membuktikan keterbatasan bukan halangan untuk berusaha mandiri di atas kaki sendiri, penuh semangat menjalani hidup," ucapnya mantap.
Dikatakan, pihaknya berharap ada perhatian pemerintah terutama agar dapat memiliki lahan perkebunan sendiri sehingga tidak lagi pinjam sewa dengan pemilik tanah yang sewaktu-waktu bisa diambil.
Baca juga: Gubernur Kalsel raih penghargaan pembina perusahaan peduli disabilitas
Apalagi, kata dia, anggota kelompok penuh semangat mengikuti aktivitas berkebun sehingga selain mampu menumbuhkan semangat mereka, kegiatan yang dilakukan juga tentu memberikan hasil dan keuntungan.
"Harapan kami, pemerintah dapat membantu penyediaan lahan juga peralatan termasuk pupuk sehingga anggota kelompok bisa semakin bersemangat dan mereka mampu mandiri," katanya.
Salah seorang anggota kelompok tani, Rony mengatakan, aktivitas berkebun membuatnya merasa nyaman dan tenang karena berada dalam satu komunitas sehingga bisa saling berinteraksi dengan baik.
"Saya senang karena disini kami semua merasa sama, tidak saling membedakan dan paling penting bisa membuktikan kemandirian di tengah keterbatasan," ucap pria yang memiliki keterbatasan di kaki itu.
Meski pun tidak bisa secara penuh mengikuti aktivitas berkebun karena memiliki pekerjaan di sebuah rumah makan, tetapi Rony tetap semangat dan senang bergabung bersama anggota kelompok tani lainnya.
"Kami semua senang dan saling menyemangati, tidak lagi mengeluh karena semua manusia menjalani ujian sebagai takdir hidup. Intinya, keterbatasan bukan halangan untuk bekerja dan berusaha," ucapnya.
Ketua Teras Inklusi Faizah Abdiah berharap, semangat penyandang disabilitas berkebun mendapat perhatian pemerintah kota melalui bantuan baik penyediaan tanah dan bantuan peralatan lainnya.
"Semangat hidup mereka tinggi dan perlu dukungan kita semua sehingga mereka yang memiliki keterbatasan tetapi bisa bekerja, berusaha serta mampu berkarya," ucap perempuan pendamping kalangan disabilitas itu.
Baca juga: Satpas Banjarmasin layani pemohon SIM disabilitas dengan ramah dan humanis
Ditambahkan, pihaknya berupaya merubah stigma masyarakat kepada penyandang disabilitas sehingga tidak lagi dipandang sebelah mata, sebaliknya sama dengan manusia normal lainnya dalam kehidupan.
Di sisi lain, meski mereka memiliki keterbatasan tetapi sama sekali tidak menyurutkan semangat dalam mengisi kehidupan dengan kegiatan positif dan bisa memberikan hasil yang baik bagi usahanya.
"Melalui kegiatan positif berkebun, kami ingin masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan melihat semangat hidup mereka sehingga mendapat hak dan perlakuan yang sama dengan yang lain," katanya.