Paringin (ANTARA) - Ritual adat Mesiwah Pare Gumboh keempat di Desa Liyu - Gunung Riut, Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan, tahun ini cukup meriah dengan berbagai suguhan menarik.
Bukan sekadar kegiatan budaya sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, ritual ini juga menampilkan aneka kesenian khas Dayak Deah mulai dari tarian, musik, kuliner hingga permainan tradisional.
Kepala Desa Liyu Sukri mengakui gelaran MPG keempat jauh lebih meriah dibanding dua tahun sebelumnya di saat pandemi COVID-19 masih melanda.
"Ritual ini ungkapan syukur kami kepada Tuhan YME atas hasil panen yang melimpah dan tahun ini lebih banyak melibatkan masyarakat maupun para pihak terkait," jelas Sukri pada acara pembukaan MPG 4, Sabtu (23/7).
Dengan mengandalkan semangat gotong royong yang kini masih terpelihara di Desa Liyu -Gunung Riyut Mesiwah Pare Gumboh pun kini menjadi inspirasi desa lain.
Hal ini juga dilontarkan Ketua Adat Desa Liyu Aliance atas pagelaran MPG 4 untuk menyampaikan hasil panen kepada leluhur yang telah tiada dengan harapan warga desa diberi keselamatan, perlindungan dan rezeki melimpah.
"Sejak 2019 ritual bisa kita laksanakan secara gotong royong berkat dukungan PT Adaro Indonesia dan mitra kerja serta Pemerintah Kabupaten Balangan," jelas Aliancen.
Selaku tokoh adat ia juga menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas pembinaan dan pendampingan dari Yayasan Adaro Bangun Negeri sejak 2019 sehingga MPG bisa digelar secara bersama-sama dengan semangat gotong royong.
Dulunya riual ini dilaksanakan secara individual di tiap kepala keluarga setelah adanya rembuk bersama dan pembinaan dari Adaro akhirnya Mesiwah Pare Gumbo pertamakalinya dilaksanakan secara serentak dengan bergotong royong pada 2019.
Mewakili manajemen PT Adaro Indonesia Djoko Susilo merasa bangga ritual adat ini bisa menjadi even budaya berskala nasional mengingat pengunjung yang datang ke desa wisata ini juga berasal dari luar .
"Sekarang Desa Liyu jadi kebanggaan Kabupaten Balangan selain sebagai desa wisata, juga memiliki even budaya yang menasional," ungkap Djoko.
Dulunya Desa Liyu yang berbatasan dengan Kabupaten Tabalong dan Provinsi Kalimantan Tengah ini hanya dikenal sebagai desa paling ujung di 'Bumi Sanggam'.
Namun potensi budaya dan panorama alamnya justru menjadi nilai lebih bagi Desa Liyu dan kini makin dikenal orang luar Kabupaten Balangan maupun Kalimantan Selatan.
"MPG keempat ini buah kerja keras masyarakat Desa Liyu untuk terus maju dan berkembang bersama," tambah Djoko.
Pemerintah Kabupaten Balangam pun mendukung pengembangan Desa Liyu yang merupakan pemekaran Desa Gunung Ritut sebagai desa wisata.
Bupati Balangan Abdul Hadi mengantakan perlunya menggali potensi-potensi di Desa Liyu serta mengemasnya secantik mungkin untuk menarik minat pengunjung lokal dan luar daerah.
"Saya sangat mendukung pengembangan pariwisata di Desa Liyu, namun tentunya harus diimbangi dengan pelayanan yang berkualitas," kata Abdul Hadi.