Banjarmasin (ANTARA) - Ekonom Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Dr Noor Rahmini, SE, MEI mengatakan Pasar Wadai Ramadhan menjadi momentum menggelorakan wisata "halal food" (makanan halal) di Banjarmasin karena keunikannya yang merupakan tradisi setiap bulan puasa.
"Pemerintah daerah harus menyadari potensi besar ini untuk terus dikembangkan lebih baik, bahkan (bisa menjadi) wisata sepanjang tahun bukan hanya Ramadhan," kata dia di Banjarmasin.
Diakui Rahmini, potensi wisata halal terutama untuk "halal food" di Kalimantan Selatan sangatlah besar. Mayoritas masyarakat Kalimantan Selatan adalah muslim. Isu "halal food" di Pasar Ramadhan akan menarik wisatawan muslim luar provinsi berkunjung ke Banjarmasin. Bahkan wisatawan non muslim pun akan tertarik, dengan konsep halal yang diusung.
"Bagi masyarakat saat ini halal berarti bersih. Jadi bukan sekadar terkait kehalalan dalam konteks agama," jelas Doktor Ilmu Ekonomi lulusan Universitas Brawijaya Malang itu.
Namun permasalahan yang mewarnai berjalannya Pasar Ramadhan di Banjarmasin selama ini, seperti masalah penataan lapak penjual yang masih semrawut, masalah kebersihan, dan masalah tempat harus segera dicarikan solusinya.
"Jangan sampai lagi Pasar Ramadhan menempati bahu jalan, sehingga menimbulkan kemacetan arus lalu lintas dan gangguan aktivitas masyarakat lainnya," kata dia.
Diketahui Pasar Ramadhan di Banjarmasin identik dengan “pasar wadai”, walaupun yang dijual tidak hanya kuliner namun pernak-pernik kebutuhan selama Ramadhan juga tersedia.
Disebut “pasar wadai” karena pasar ini menyajikan kuliner dan jajanan khas Kalimantan Selatan yang di hari biasa mungkin jarang ditemui.
Jajanan khas Banjar seperti amparan tatak, putri selat hingga wadai 41 macam ada di pasar ini. Di samping kuliner khas Banjar lainnya dari masak habang, iwak babanam sampai garih betanak.
Baca juga: Ketua DPRD berharap pasar wadai momentum kebangkitan ekonomi masyarakat
Baca juga: Bupati Banjar buka Pasar Wadai di Alun-Alun Ratu Zalecha Martapura