New York (ANTARA) - Nilai tukar dolar menguat terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena gejolak harga minyak yang berdampak terhadap euro.
Kenaikan dolar juga dipengaruhi pertemuan penting antara Rusia dan Ukraina serta indikasi bahwa penguncian COVID akan menghambat pertumbuhan ekonomi di China.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya naik kurang dari 0,1 persen di sore hari di New York, karena pasar menunggu pernyataan Federal Reserve AS setelah pertemuan tentang kebijakan moneter pada Rabu waktu setempat.
Baca juga: Dolar melemah
Euro terakhir turun kurang dari 0,1 persen menjadi 1,0933 dolar, setelah naik hampir 0,5 persen. Pound Inggris menguat 0,2 persen menjadi 1,3027 dolar.
Yen Jepang melanjutkan perdagangan pada level terlemahnya terhadap dolar dalam lima tahun karena greenback naik 0,1 persen menjadi 118,335 yen.
Indeks dolar telah kehilangan hampir 0,5 persen semalam setelah harga minyak turun di bawah 100 dolar AS per barel, memperkuat euro.
Indeks pulih setelah minyak naik dari level terendah hari itu dan terakhir di 99,14 dolar AS, naik 3,0 persen sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari.
Minyak mentah berjangka Brent turun sebanyak 8,0 persen setelah kekhawatiran atas pasokan menurun oleh pembicaraan gencatan senjata Ukraina yang sedang berlangsung dan karena meningkatnya kasus COVID-19 di China mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan permintaan minyak yang lebih sedikit.
Ekonomi Eropa dan mata uang tunggal sangat sensitif terhadap perang dan harga minyak.
"Ini (penurunan harga minyak) mencerminkan harapan bahwa pembicaraan antara negosiator Rusia dan Ukraina dapat mengarah pada solusi damai dan segera," kata analis valas Commerzbank dalam sebuah catatan kepada klien.
Pada pagi hari, pasangan mata uang utama itu relatif stabil karena pasar menunggu untuk mendengar komentar Federal Reserve AS pada Rabu tentang kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Pedagang ingin melihat apakah The Fed memberikan petunjuk tentang seberapa cepat akan menaikkan suku bunga lagi setelah mencapai kenaikan seperempat poin yang mereka perkirakan akan diumumkan pada Rabu.
Baca juga: Dolar AS melonjak karena dipicu permintaan "safe-haven"
"Jalan yang ditetapkan The Fed untuk sisa tahun ini akan lebih menarik daripada kenaikan suku bunga sebenarnya itu sendiri," kata Minh Trang, pedagang senior valas di Silicon Valley Bank.
Pernyataan kebijakan dan proyeksi ekonomi The Fed akan dirilis pada pukul 18.00 GMT dan akan dilanjutkan dengan konferensi pers.
Upaya bank sentral untuk menurunkan lonjakan inflasi tanpa memicu resesi ditantang lebih lanjut oleh dampak perang Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada Selasa (15/3/2022) bahwa Kyiv siap menerima jaminan keamanan yang menghentikan tujuan jangka panjangnya dari keanggotaan aliansi NATO, yang ditentang Moskow.
Pembicaraan damai dengan Rusia, melalui tautan video, dilanjutkan pada Selasa (15/3/2022), pertama kali putaran pembicaraan berlangsung di hari kedua.
Kenaikan dolar sejak Mei tahun lalu membuat nada komentar Fed pada Rabu lebih penting.
Keuntungannya baru-baru ini datang pada status safe haven selama perang Ukraina dan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan naik lebih cepat daripada suku bunga pada mata uang lainnya. Bank sentral Jepang (BoJ) misalnya, diperkirakan tidak akan menaikkan suku bunga saat rapat pada Jumat (18/3/2022).
"Dolar berada pada level yang cukup tinggi. Kami akan membutuhkan kejutan hawkish dari The Fed untuk melihat kenaikan lebih lanjut, tapi saya pikir batasannya cukup tinggi untuk itu," Matthew Ryan, analis pasar senior di Ebury, mengatakan.
"Akan sulit bagi dolar untuk melakukan reli yang berarti setelah pertemuan kebijakan Fed."
Di pasar uang kripto, bitcoin dan ether berkurang lebih dari 1,0 persen untuk hari itu dengan bitcoin di 39.350 dolar AS dan ether di 2.604 dolar AS.
Dolar menguat ketika minyak jatuh
Rabu, 16 Maret 2022 7:22 WIB