Amuntai (ANTARA) - Musibah kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) pada 2015 dan 2019 dikhawatirkan mengganggu ekosistem Orang Utan (Pongo Pygmaeus) yang berada di kawasan Desa Kayakah dan Desa Murung Panggang Kecamatan Amuntai Selatan.
Kepala Desa Murung Panggang Supian Noor mengatakan kebakaran hutan di wilayahnya bisa mengganggu habitat orang utan apabila tidak secepatnya dilakukan penanaman kembali.
"Dulu kawasan hutan membentang hijau kini menjadi gersang akibat kebakaran lahan," ujar Supian di Amuntai belum lama ini.
Supian mengatakan, kebakaran lahan didesanya tahun ini memang mulai berkurang padahal beberapa sumur bor sudah digali dibeberapa titik sehingga kurang termanfaatkan.
Terkait kebakaran hutan di kawasan habitat Orang Utan ini, Dinas Kehutan Provinsi Kalimantan Selatan justru belum mengetahui pasti berapa luas lahan yang terbakar dan belum menemukan keberadaan Orang Utan.
"Kita juga belum menemukan secara langsung Orang Utan, hanya berupa sarangnya saja serta informasi dari warga desa yang pernah melihat dan memdokumentasikan dengan video," kata Kepala Seksi Konservasi SDA dan Ekosistem Dinas Kehutanan Provinsi Kalsel, Supian.
Namun berdasarkan jumlah sarang yang ditemukan selama kegiatan observasi bersama pihak Bapelitbangda dan Dinas Pertanian HSU diperkirakan jumlah Orang Utan di Desa Kayakah dan Murung Panggang sebanyak 15 ekor.
Memimpin kegiatan sosialisasi pelestarian hutan esensial di Kabupaten HSU, Supiani mengatakan, pihaknya kedepan akan membentuk forum kolaborasi untuk pengelolaan kawasan ekosistem essensial di Kabupaten HSU.
"Alhamdulillah sudah terbentuk Forum gabungan pelindung, pelestari dan penjaga orang utan di Desa Kayakah untuk menjaga kelestarian satwa langka," katanya.
Ekosistem Orang Utan di Kabupaten HSU berada di satu hamparan (lanscape) yang sama dengan ekosistem Orang Utan yang ada di Desa Talan Kecamatan Banua Lawas Kabupaten Tabalong.
Habitat Orang Utan di HSU ini diperkirakan sudah lama ada di HSU hanya saja belum terekspose. Namun dugaan lain bahwa hewan ini bermigrasi dari habitatnya semula dari Kalimantan Tengah yang telah rusak.
Wakil Bupati HSU H Husairi Abdi mengatakan, perlunya dukungan semua pihak terlibat dari pemerintah, pihak swasta hingga masyarakat setempat dalam menjaga kawasan ekosistem esensial bagi satwa yang berada disana.
"Tentunya menjaga pengelolaan kawasan ekosistem esensial perlu adanya komitmen bersama semua pihak," kata Husairi.
Menurut Husairi adanya temuan orangutan di HSU menjadi langkah bagus, karena menurutnya berkaca dengan daerah lain kawasan ekosistem esensial tidak hanya sebagai tempat kawasan menjaga keseimbangan alam saja tetapi juga ada menfaat peningkatan ekonomi masyarakat.