Rantau (ANTARA) - Ketua Persit KCK XXXIII Kodim 1010 Tapin, dr Wahyu Ningsih Lestari, di Rantau, Sabtu, mengatakan sosialisasi tentang pencegahan stunting disemua wilayah di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan penting untuk selalu digelar demi masa depan negara Indonesia.
"Menurut saya penting. Stunting itu terkait kembang tumbuh anak. Kalau anak anak kita itu banyak yang stunting, kalau banyak yang stunting nanti beberapa tahun kemudian masa depan negara ini bisa terancam," ujar istri Dandim 1010 Tapin Letkol Inf Andi Sinrang itu.
Terancam yang dimaksudnya itu terkait anak yang stunting berpotensi tidak produktif dan tertinggal dalam proses masa kembangnya, dikatannya hal itu perlu diketahui semua orang tua ataupun calon orang tua.
“Inteleginsinya akan lebih rendah tidak bisa dibanyangkan apa yang terjadi nanti beberapa tahun ke depan dengan anak anak yang kasus nutrisinya dan stunting yang tinggi,” ujar dokter spesialis anak di RSUD Datu Sanggul itu.
Dia bersama anggota Dinas Kesehatan Tapin, TP PKK dan dokter lainya di wilayah TMMD ke-111 di Kecamatan Salam Babaris menggelar sosialisasi tentang stunting, pusyandu dan pusbindu PTM diikuti puluhan ibu dan anak.
“Di Kabupaten Tapin untuk kasus stunting dalam pemantauan. Alhamdulillah di wilayah Kecamatan Salam Babaris ini tidak termasuk ke status yang mengkhawatirkan , status nutrisi dan gizi anak anak di sini masih normal tapi tetap kita harus terus melakukan pencegahan,” ujarnya.
Dikatakannya, sosialisasi tentang stunting di Tapin sudah sejak jauh hari dilaksanakan, jadi tidak hanya dilakukan di wilayah TMMD ke-111 itu.
“Sudah ada penurunan kasus stunting di Kabupaten Tapin,” ujarnya.
Dia memberikan tips kepada calon ibu untuk membuat perencanaan apabila ingin mempunyai anak dan mencegah terjadinya stunting.
"Dari 1000 hari pertama kehidupan. Disaat seorang ibu berniat untuk hamil dia harus mempersiapkan dirinya, apa yang harus disiapkan? Nutrisinya. Di saat dia hamil dia harus rajin kontrol, makan makanan yang bergizi sampai anaknya berumur dua tahun," ujarnya
Selesai sosialisasi, dia bersama anggotanya mengunjungi rumah warga untuk membagikan 157 bingkisan berisi susu untuk anak dan balita di wilayah itu.
Memakai data dari Khalidah seksi promosi dan pemberdayaan masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Tapin kasus stunting menunjukan penurunan angka.
“Dari 2019 ke 2020 sudah mengalami penurunan, semula 16.85 persen turun ke 13,73 persen,” ujar ahli gizi itu.
Dirinci, data 2019 ke 2020 di 13 Puskesmas : Binuang semula 8,54 persen menjadi 8,39 persen, Hatungun semula 13,73 persen menjadi 20,59 persen, Tambarangan semula 24,05 persen menjadi 17,22 persen.
Lebih lanjut, Salam Babaris semula 11,90 persen menjadi 7,04 persen, Tambaruntung semula 36,36 persen menjadi 23,79 persen, Pandahan semula 8,14 persen menjadi 19,95 persen, Banua Padang semula 39,08 persen menjadi 16,81 persen.
Berikutnya, Piani semula 32,26 persen menjadi menjadi 28,20 persen, Lokpaikat semula 13,04 persen menjadi 7,71 persen, Tapin Utara semula 7,87 persen menjadi 12,30 persen, Bakarangan semula 25,51 persen menjadi 19,92 persen, Baringin semula 30,20 persen menjadi 9,56 persen dan terakhir Margasari semula 23,83 persen menjadi 9,28 persen.
Dari data itu, secara umum kasus stunting mengalami penurunan, namun ada data dari tiga wilayah di puskesmas Hatungun, Pandahan dan Tapin Utara mengalami peningkatan.
2020 lalu Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan merilis kabar ada empat lokasi khusus (lokus) masuk program penurunan angka stunting yang telah ditetapkan pemerintah pusat diantaranya, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Tanah Bumbu, Tabalong dan termasuk Tapin.
Catatan ANTARANEWS.COM selama 10 tahun terakhir angka stunting sudah mengalami penurunan, namun dari hasil riset studi status gizi balita Indonesia (SSGBI) 2019 mencatat bahwa jumlah balita stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen.
Artinya, terdapat 6,3 juta dari populasi 23 juta balita di Indonesia yang stunting, fakta ini menempatkan pada urutan keempat di dunia dalam hal tingginya angka stunting.
Kondisi ini mengharuskan Indonesia untuk terus melakukan terobosan dalam mencapai target pada 2024 yaitu persentase stunting 14 persen sesuai rekomendasi World Health Organization (WHO), angka stunting harus di bawah 20 persen.
2018 lalu, mengintip data dari Global Hunger Index (GHI) atau Indeks Kelaparan Global yang merupakan alat untuk mengukur dan melacak kelaparan secara komprehensif ditingkat global, regional dan nasional.
Dari tujuh negara anggota ASEAN Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Laos dan Kamboja. GHI Indonesia 2018 sebesar 21,9 masuk dalam kategori masalah kelaparan serius. Di tingkat ASEAN, posisi Indonesia lebih buruk dibanding Filipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia dan Thailand.
Kembali kepernyataan Dr. Wahyu Ningsih Lestari saat sosialisasi di Desa Suato Lama, Kecamatan Salam Babaris, dikatakannya bahwa perhatian khusus untuk masalah stunting itu penting demi masa depan negara mengingat data data dandampak buruk akibat stunting.
Baca juga: Kisah Soirah wanita sebatang kara yang dapat bantuan dari program TMMD ke-111 di Kalsel
Baca juga: TMMD ke-111 di Tapin : TNI bersama rakyat gotong royong bangun jalan
Baca juga: TMMD ke-111 di Tapin buka jalan sepanjang 3,149 KM untuk rakyat
Baca juga: Ketua DPRD Tapin apresiasi TNI laksanakan TMMD ke-111 di Tapin