Paringin, (AntaranewsKalsel) - Suku Dayak Meratus di Halong, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, melaksanakan upacara adat membatur atau aruh adat nimbuk, berupa pemasangan nisan atau dalam bahasa setempat disebut mesan.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Pariwisata, dan Budaya Kabupaten Balangan Hefni Effendie di Paringin, Senin, mengatakan upacara adat merupakan momentum yang menarik perhatian warga lainnya, sehingga banyak yang datang untuk menyaksikan acara tersebut.
"Kebanyakan orang di luar Suku Dayak telah mengetahui jadwal acara tersebut jauh hari sebelum dilaksanakan, itu bukti bahwa acara tersebut menarik perhatian warga di luar Suku Dayak," katanya.
Upacara nimbuk, kata tokoh adat Dayak Meratus di daerah itu, Mandan, diadakan di Desa Kapul, Mantuyan, Buntut Pilanduk, Tabuan, dan Mauya, di Kecamatan Halong, Kabupaten Balangan.
"Nisan bisa diukir sesuai karakter dari mendiang selama masih hidup dan menjadi fondasi mengelilingi kuburan, ini merupakan wujud bakti dan penghormatan kepada para leluhur yang telah meninggal atas jasa dan pengorbanannya selama hidup," ujarnya.
Upacara itu dilaksanakan selama dua hari, namun persiapan acara harus jauh-jauh hari sebelumnya, agar segala yang menyangkut upacara adat berjalan lancar dan terlaksana dengan baik.
"Sekitar tiga bulan sebelumnya, warga mendirikan balai kecil yang tidak permanen di depan rumah tempat pelaksanaan acara ritual mesan tersebut," katanya.
Pelaksanaan acara tersebut dipimpin oleh tokoh adat, banyak sesajian dan hewan korban yang disediakan, lemang yang terbuat dari beras ketan, kue tradisional, ayam, kambing, dan kerbau, serta beraneka macam makanan lainnya.
"Dalam acara tersebut, kerbau biasanya ditombak oleh beberapa orang, sebagai salah satu atraksi yang merupakan bagian dari ritual, di mana kerbau diikat pada pohon, setelah dirasa perlu baru kerbau ini dipotong dan dimasak," katanya.
Mandan mengatakan masyarakat yang hadir pada acara ritual tersebut, menggunakan pakaian tradisional, di mana para perempuan menggunakan sarung dan kemben, sedangkan laki-laki membawa mandau.
Salah satu warga asli setempat, Yansyah, mengatakan masyarakat bergotong royong memasak sesaji, seperti lemang, daging, dan nasi, di mana sebagian sesaji ritual dan sebagian untuk disantap bersama pada acara tersebut.
"Seluruh tradisi acara ritual ini, selain sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, juga sebagai bentuk kebersamaan dan persaudaraan serta persatuan sesama Suku Dayak dan suku lainnya," terangnya.
Kegitan budaya itu, dilaksanakan pada Januari hingga Maret, secara bergantian setiap desa, sedangkan acara tersebut menarik perhatian warga lainnya.