Haul Tuan Guru Haji Muhammad Basyiri yang masa hidupnya akrab dengan sapaan Buya itu di Desa Aluan Mati Kecamatan Batu Benawa, HST (sekitar tujuh kilometer dari Barabai, ibu kota kabupaten tersebut atau 172 kilometer utara Banjarmasin), sesudah shalat Jumat.
Sebelum tahlilan, sekilas dibacakan riwayat hidup almarhum yang oleh masyarakat setempat (d/h Kampung Aluan Sumur) mereka sebut bahwa Buya HM Basyiri bin Haji Muhammad Nur tersebut memiliki karamah (keramat) sejak lagi hidup.
Amalan Buya tersebut antara lain membaca kitab "Dhala'il" dan menaruh perhatian yang tinggi terhadap anak yatim seperti mengingatkan bahwa kalau ada yang meninggal dunia tidak perlu "baaruh-aruh" (kenduri) kalau yang meninggal dunia itu ada anak-anak kecilnya (anak yatim).
Almarhum meninggal dunia di "Pamadaman" (perantauan) yaitu "Tanah Deli" Sumatera Utara (Sumut) yang pusaranya di Komplek Pemakaman Keturunan Raja-raja Siak Sumatera, dan semasa hidupnya atau sebelum meninggal dunia 7 Rabi'ul Akhir 1358 H, pernah menjadi penasihat spiritual Sultan Deli.
Ketika sebelum "madam" (merantau) salah satu peninggalan sejarah religi yang cukup monomental di Banua Banjar Kalsel yaitu Masjid Jami' atau keramat di Tamiang Desan Pantai Kecamatan Kelumpang Hilir, Kabupaten Kotabaru (sekitar 300 kilometer timur Banjarmasin).
Dalam acara tersebut juga haul ke 15 anaknda dari Buya HM Basyiri yaitu Hj Rahmah binti HM Basyiri yang dilahirkan di Deli dan meninggal dunia pada usia 85 tahun, 17 Rabi'ul Akhir 1427 H.
Calon Bupati (Cabup) HST Tamzil bersyukur karena bisa bertemu/berkenalan dengan warga masyarakat Desa Aluan Mati dan Desa Aluan Sumur, serta undangan lainnya yang hadir pada acara haul ke 86 Tuan Guru Haji Muhammad Basyiri.
Mantan Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) HST tersebut juga mengharapkan doa serta dukungan untuk kemenangannya pada Pilkada 2020 yang pencoblosannya 9 Desember mendatang.
