Pertama, kenalkan huruf hijaiyah lewat video. Untuk anak, berkenalan dengan ke-29 huruf hijaiyah tak mudah dan relatif memakan waktu yang cukup lama. Sebagai jalan keluar, Lukman mengajari mereka sembari menonton konten video. Dia mengajak muridnya mengenali huruf dengan nyanyian.
Kedua, gunakan gaya bahasa santai. Lukman yang pernah menimba ilmu di pesantren sekaligus hobi bermain gim, memiliki penampilan santai yang berbeda dari guru ngaji pada umumnya. Dia juga menggunakan gaya bahasa santai sehingga apa yang dia ajarkan relatif mudah dipahami anak-anak dan membuat suasana belajar mengaji menjadi lebih menyenangkan.
Ketiga, belajar mengaji lewat game. Lukman menggunakan permainan kartu membuat setiap anak bisa bergiliran menebak huruf Al Quran sambil menghafalnya. Di sini, semua murid berpartisipasi dan saling menyemangati teman-temannya untuk menghafal.
Shandy, dalam siaran persnya, ditulis Minggu mengatakan, dirinya begitu dekat dengan cerita "Jadi Ngaji", sebuah serial religi GoPlay Original. Walau awalnya, dia mengaku dadanya sempat berdebar karena mendapat tawaran sebagai seorang guru mengaji.
“Sebagai penyuka game online, bisa dibilang secara keseharian saya merasa cukup dekat dengan cerita dalam 'Jadi Ngaji'. Namun, saya juga tertantang untuk bisa menghadirkan sosok Lukman, anak tunggal ustad terpandang dan mengajar ngaji ke anak-anak TPA. Lukman memiliki karakter keras, susah diatur. Tetapi dia alim dan manis banget sama ibunya," kata dia.
Selama syuting, dia mengaku banyak belajar dari para aktor senior seperti Tabah Penemuan dan Dewi Irawan membahas sosok Lukman.
Di dalam serial "Jadi Ngaji", tokoh Lukman digambarkan sebagai sosok yang sangat gemar bermain online game yang memutuskan ngekos bersama kedua temannya untuk mengikuti berbagai turnamen e-sport. Namun, mereka justru mengalami kegagalan bahkan hingga berutang pada rentenir terkenal di kampung.
Meskipun telah berupaya untuk memenangkan kompetisi lain dengan harapan bisa membayar utang dengan hadiah, Lukman dan rekan-rekannya tidak bisa lari lagi dari kejaran tagihan.
Kemudian, agar terbebas dari kejaran rentenir, Lukman terpaksa mengikuti keinginan sang ayah, yang kerap dipanggil Baba, untuk mengajar ngaji selama satu bulan. Meskipun dia pernah menimba ilmu di pesantren, anak laki-laki semata wayang Baba ini tetap mengalami kesulitan harus mengajar anak-anak.