Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Senior Sales Eksekutif Retail PT Pertamina Wilayah Kalimantan, Dambha Herviyanato menyatakan antrean panjang di SPBU di Banjarmasin yang terjadi dalam beberapa hari terakhir disebabkan karena masyarakat panik (panic buying).
Menurut Dambha pada pertemuan dengan anggota dewan energi nasional di Aula Pemprov Kalsel di Banjarmasin, Kamis, pada dasarnya kuota bahan bakar minyak berupa premium masih mencukupi, sehingga pada awalnya di Banjarmasin tidak terjadi antrean di SPBU.
Namun tambah dia, akibat pemberitaan di media massa dan televisi tentang antrean panjang yang terjadi di Pulau Jawa dan di provinsi lainnya, memicu warga Kalsel untuk membeli premium dalam jumlah besar.
"Masyarakat yang biasanya beli bensin secukupnya, dengan adanya isu kenaikan harga dan kelangkaan BBM, akhirnya membeli dengan jumlah lebih," katanya.
Kondisi tersebut, membuat warga akhirnya berlomba untuk antre di SPBU yang telah buka, sehingga antrean panjang tidak dapat terhindarkan lagi.
"Masyarakat seakan terprovokasi oleh pemberitaan tentang antrean BBM di daerah lain yang cukup gencar," katanya.
Menghadapi hal tersebut, lanjutnya, Pertamina telah diminta untuk melakukan normalisasi penyaluran, dengan mencukupi seluruh kekurangan BBM sehingga antrean panjang tidak terjadi lagi.
Dihadapan anggota dewan energi, Dambha juga mengatakan, pemerintah provinsi telah mengeluarkan surat keputusan untuk pembatasan pembelian premium maupun solar bersubsidi di SPBU, namun karena terjadi "panic buying", upaya tersebut tidak berpengaruh besar.
Dia memastikan, stok premium bersubsidi, masih cukup, sehingga masyarakat tidak perlu panik dengan membeli secara berlebihan, karena akan merugikan masyarakat sendiri.
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Pemprov Kalsel, Kustono Widodo mengatakan, berdasarkan data dan perhitungan dengan PT Pertamina yang didapatkan, pada tahun 2014 kuota BBM premium sebesar 663.320 kiloliter.
Dari jumlah tersebut, tambah dia, realisasi harian yang disalurkan PT Pertamina adalah 1.817 kiloliter. Realisasi sejak 1 Januari hingga 3 Agustus 2014 sebesar 340.776 kiloliter. Sedangkan kuota premium hingga 3 Agustus 2014 masih sebesar 390.723 kiloliter.
Sementara untuk solar kuota setahun sebesar 256.427 kiloliter, realiasi per hari 702 kiloliter, sedangkan realisasi sejak 1 Januari hingga 3 Agustus, atau 215 hari telah mencapai 181.975. Sedangkan jumlah kuota hingga 3 Agustus sebesar 151.046 kiloliter.
"Kalau untuk kuota premium, kita masih relatif mencukupi, sedangkan untuk solar masih kurang, sehingga perlu diperjuangkan untuk penambahan kuota," katanya.
Anggota Dewan Energi Nasional, A Sonny Keraf mengatakan, pihaknya akan menata kembali kondisi energi nasional, sehingga antrean panjang tidak terus terjadi.
Menurut dia, pemerintah perlu mengurangi disparitas harga antara BBM bersubsidi dan non subsidi, sehingga upaya terjadinya penyelewenangan pemanfaatan BBM bersubsidi bisa ditekan.
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong, terus tumbuhnya energi terbarukan, antara lain bio diesel dan lainnya, untuk menggantikan energi fosil dan minyak.
Kebijakan pembatasan ekspor terhadap sumber energi fosil antara lain batu bara, agar bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kepentingan warga negara Indonesia, juga akan terus diupayakan.