Banjarmasin (ANTARA) - Kaum Muslim Banjar Kalimantan Selatan (Kalsel) ramai-ramai membuat bubur pada tiap di Hari Asyura 10 Muharram sehingga namanya Bubur Asyura.
Pantauan Antara Kalsel di Banjarmasin, Sabtu melaporkan, sebagian kaum Muslim Banjar bergotong royong membuat Bubur Asyura pada 10 Muharram 1442 Hijriah yang bertepatan 29 Agustus 2020.
Seorang pengamat sosial kemasyarakatan dan antropologi budaya di Kalsel Syamha mengatakan, membuat Bubur Asyura salah satu tradisi/peradaban bagi sebagian kaum Muslim Banjar sejak lama atau turun-temurun yang masih utuh.
"Tradisi membuat Bubur Asyura itu mereka pertahan seiring waktu dan perkembangan zaman, bagaikan pepatah 'tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan' atau masih tetap eksis," ujar laki-laki berusia lebih 70 tahun tersebut.
Bubur Asyura sebuah suguhan ramai-ramai yang baik dalam penyediaan bahan maupun mengerjakan secara bergotongroyong, dan memakannya sama-sama pula, layaknya kenduri, serta bisa "mambarakat" (membawa pulang) buat keluarga di rumah.
Selain itu, Bubur Asyura sebuah simbol tolak bala dan sekaligus mengenang meningal dunianya Husien, seorang putra dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu Anhu (ra) atau cucu Nabi Muhammad Saw yang gugur ketika perang di Karbela berabad-abad silam.
"Dari mengenang Hari Asyura itu diharapkan agar kaum Muslim dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari peristiwa Karbela buat menatap masa depan keimanan dan keislaman yang lebih baik, bukan seremonial atau hura-hura kegiatannya saja," ujarnya.
Sebelum memakan Bubur Asyura secara bersama-sama terlebih dahulu membaca doa tolak bala serta doa selamat agar ke depan warga masyarakat tetap dalam keadaan selamat, terhindari bala serta musibah dan wabah seperti COVID-19, demikian Syamha.
Warga Kalsel ramai-ramai bikin bubur asyura
Sabtu, 29 Agustus 2020 16:13 WIB
Tradisi membuat Bubur Asyura itu mereka pertahan seiring waktu dan perkembangan zaman, bagaikan pepatah 'tidak lekang karena panas dan tidak lapuk karena hujan' atau masih tetap eksis