Oleh Ulul Maskuriah
Banjarmasin, (Antaranews.Kalsel) - Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan menyebutkan perkembangan alat pembayaran menggunakan kartu masih terbatas pada penggunaan kartu kredit dan kartu debet sementara pemanfaatan "e-money" (pembayaran secara elektronik) belum dimanfaatkan secara maksimal .
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Maurids H. Damanik di Banjarmasin, Senin mengatakan, perkembangan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) di Kalimantan Selatan masih sangat terbatas pada penggunaan kartu kredit dan kartu debit.
Sementara itu, penggunaan "e-money" juga masih sangat kecil karena perbankan di Kalimantan Selatan, tampaknya masih menunggu perkembangan dan animo masyarakat setempat untuk penggunaan "e-money" ini.
"Melihat perkembangan penggunaan instrumen pembayaran non tunai, Bank Indonesia merasa perlu melakukan kajian mengenai preferensi masyarakat Kalimantan Selatan dalam penggunaan instrumen pembayaran non tunai, sebagai landasan awal menuju "less cash society"," katanya..
Menurut Maurids, hasil riset yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II (Kalimantan) bekerjasama dengan Peneliti dari IAIN Antasari Banjarmasin, menunjukkan, sebanyak 68,9 persen masyarakat Kalsel, baru mengenal kartu ATM dan katu kredit sebagai instrumen pembayaran non tunai.
Selain itu masih terdapat masyarakat yang enggan menggunakan transaksi dengan kartu, karena lebih nyaman menggunakan uang tunai.
Sebagian besar masayrakat, merasa belum perlu untuk menggunakan kartu, karena terbatasnya fasilitas non tunai di toko atau pasar.
Selama ini, mereka mengetahui informasi mengenai instrumen pembayaran non tunai dari teman atau kerabat dan dari pihak marketing perbankan, sedangkan promosi melalui televisi, surat kabar, baliho, dan internet dirasakan masih kurang.
Padahal, kata dia, berdasarkan hasil riset, cukup besar potensi pengembangan sistem pembayaran non tunai, khususnya di perkotaan dengan ciri-ciri ekonomi, pendidikan, usia produktif dan perbankan yang cukup maju.
Besarnya potensi pengembangan tidak hanya berkaitan erat dengan faktor ekonomi dan keuangan semata, tetapi juga faktor-faktor lain seperti demografi dan sosial budaya.
Dengan demikian, kata dia, pengembangan ke depan seyogyanya memperhatikan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat luas.
Peneliti sekaligus Ketua Prodi Perbankan Syariah IAIN Antasari Rahman Helmi mengatakan, untuk lebih mempercepat pengembangan sistem pembayaran non tunai, sangat penting untuk dilakukan sosialisasi secara luas, dengan menggunakan saluran atau media yang efektif seperti jalur teman,keluarga,saudara dan TV.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan IAIN bersama BI, katanya, dari 100 toko dan pedagang di Kota Banjarmasin dan Kota Banjarbaru yang disurvei hanya sebesar 62 persen yang menerima pembayaran non tunai.
Sedangkan sisanya tidak menerima dengan alasan belum perlu, belum tahu prosedurnya dan adanya kekuatiran akan merepotkan.
Meskipun demikian, dari 38 persen responden yang belum menerima tersebut, terdapat 32 persen berencana untuk menggunakan fasilitas pembayaran non tunai pada usaha mereka.
Beberapa kalangan menanggapi, bahwa riset tersebut sangat bermanfaat untuk pengembangna bisnis perbankkan ke depan.
"Riset ini sangat informatif bagi kami di kalangan perbankan. Kami melihat bahwa masyarakat khususnya "merchant" perlu diberi sosialisasi mengenai nilai tambah dengan menggunakan instrumen non tunai, dan bukannya menjadi beban mereka," kata Fauzan Noor dari Bank Kalsel.
Hasil riset tersebut juga mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap pembayaran non tunai adalah penghasilan dan usia.
Kelompok masyarakat dengan pengeluaran besar (berpenghasilan tinggi) berpotensimenggunakan instrumen pembayaran non tunai dibandingkan kelompok masyarakat pengeluarank ecil (berpenghasilan rendah).
Sementara itu,untuk varia belusia secara umum kelompok usia muda memiliki peluang tinggi terhadap sistem pembayaran non tunai.
Hal ini dikarenakan kelompok usia muda cenderung lebih mudah menerima dan beradaptasi dengan produk-produk baru sehingga keinginan mencoba sangat tinggi.
Di sisi lain, aspek-aspek yang perlu mendapatkan perhatian khusus atau diprioritaskan adalah aspek kemudahan dan ketersediaan fasilitas EDC pada merchant karena keberadaan faktor-faktor ini dinilai sangat penting bagi pelanggan, tetapi pihak perbankan belum dapat memenuhi harapan pelanggan.