Banjarbaru (ANTARA) - Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) pada Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian melakukan pendampingan dan membimbing petani untuk menjalankan program Demonstrasi usaha tani-nelayan berkelompok (Demfarm).
"Sebelum program berjalan, terlebih dahulu kami laksanakan bimbingan teknis (Bimtek) budidaya padi dengan teknologi panca kelola lahan rawa pasang surut yang harus benar-benar dipahami petani," terang Kepala Balittra Hendri Sosiawan di Banjarbaru, Rabu.
Baca juga: Balittra mengajak petani bertanam jagung di musim kemarau
Ada 100 hektare lahan di Desa Puntik Dalam, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan yang bakal ditanami padi unggul pada program Demfarm tersebut.
Untuk itulah, kata Hendri, pihaknya melakukan pendampingan ke Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian dan juga masyarakat petani setempat dalam pelaksanaan Demfarm nantinya.
Kegiatan menghadirkan narasumber tiga peneliti Balittra yaitu Ir. R. Smith Simatupang, Ir. Koesrini, Prof M. Noor dan Dr. Wahida Annisa Yusuf tersebut merupakan perpanjangan dari Participatory Rural Appraisal (PRA) yang telah diselenggarakan di lokasi yang sama sebelumnya oleh Balittra.
Sejumlah materi yang disampaikan untuk membekali petani, di antaranya varietas adaptif padi lahan rawa dan teknologi perbenihan, penyiapan lahan dan sistem olah tanah di lahan rawa, teknologi pengelolaan air untuk budidaya padi di lahan rawa, budidaya padi jalego pada varietas unggul atau lokal, teknologi sawitdupa, dan panca kelola lahan.
"Respon petani terhadap bimtek kali ini sangat bagus. Harapan mereka, Balittra bisa selalu mendampingi dan membimbing mereka selama menjalankan program Demfarm tahun ini," beber Hendri.
Balittra memberikan bantuan dana untuk 50 hektare dari 100 hektare lahan di Desa Puntik Dalam dalam program Demfarm. Sedangkan sisanya bantuan dana dari Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSLDP) Bogor.
Untuk bantuan diberikan dalam bentuk bibit 35 Kg/ha, 50 Kg kapur, 100 Kg Ponska/ha, itik 1.000 ekor untuk 40 petani. Sisanya seperti tambahan pupuk 100 Kg, obat-obatan serta pupuk 500 Kg, petani dapat membeli saat dibutuhkan dan bisa membayar ke Gapoktan setelah panen.