Saat menyampaikan sambutan dalam Perayaan Natal Kemlu RI, Senin malam, Menlu Retno menyatakan bahwa pemanggilan dubes Iran dan AS penting untuk menyampaikan pesan perdamaian dan bahwa penyelesaian perbedaan dengan cara kekerasan tidak menguntungkan bagi siapapun.
"Kita berharap masing-masing pihak dapat menahan diri secara maksimal agar tidak terjadi eskalasi konflik lebih lanjut," kata Retno.
Jika terjadi eskalasi konflik antara Iran dan AS, menurut dia, akan menimbulkan ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah yang kemudian berdampak ke seluruh dunia---terlebih kondisi ekonomi global sudah cukup tertekan tanpa ada konflik baru.
Baca juga: Timur Tengah memanas, Indonesia menyiapkan rencana perlindungan WNI
Secara khusus Menlu Retno juga menyampaikan bahwa terkait Timur Tengah, Indonesia memiliki kepentingan langsung untuk melindungi jutaan WNI yang tinggal, hidup, dan bekerja di kawasan tersebut.
Karena itu, memburuknya situasi di Timur Tengah pasti akan berdampak pada masyarakat Indonesia di kawasan itu.
"Sebetulnya pesan ini bukan yang pertama kali kita sampaikan karena sebelumnya sudah ada rilis setelah peristiwa itu terjadi, tetapi sekarang ada baiknya saya mengirimkan pesan secara langsung agar para dubes kemudian melaporkan kepada ibu kota masing-masing," kata Retno.
Baca juga: Soal Uighur, Menlu: Pemerintah terus komunikasiMet the Ambassador of Iran and Ambassador of the US separately this afternoon (06/01)
— Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (@Menlu_RI) January 6, 2020
Indonesia conveyed concerns on the latest development in US - Iran relations. pic.twitter.com/IVeI3MUn0j
Ketegangan antara Iran dan AS kembali meningkat setelah komandan Pasukan Quds, sayap Garda Revolusi Iran, Qasem Soleimani terbunuh akibat serangan udara militer AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, pada Jumat (3/1).
Presiden AS Donald Trump, yang memerintahkan serangan udara tersebut dan mengancam akan menyerang 52 sasaran di Iran jika negara itu menyerang orang Amerika atau aset AS sebagai balasan atas kematian Soleimani.
Di sisi lain, Iran mengecam tindakan Trump dan menyebutnya sebagai "teroris berdasi".
Menyebut pembunuhan Soleimani "sama saja dengan perang", Iran berjanji akan melakukan serangan balasan. Iran juga tidak lagi mematuhi semua pembatasan yang diterapkan dalam kesepakatan nuklir pada 2015.