Oleh Syamsuddin Hasan
Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Ketua DPRD Kalimantan Selatan Kolonel Inf (Purn) Nasib Alamsyah berpendapat, nasionalisme Pahlawan Nasional Pangeran Antasari patut menjadi panutan, baik bagi generasi kini maupun mendatang.
"Kalau kita membaca sejarah, nasionalisme Pangeran Antasari cukup tangguh, tak goyah walau dengan bujukan apapun oleh penjajah Belanda ketika itu," ujarnya, usai upacara peringatan wafatnya Pahlawan Nasional tersebut, di Banjarmasin, Jumat.
"Sampai wafatnya 11 Oktober 1862 atau 151 tahun silam, Belanda tidak bisa membujuk rayu almarhum Pangeran Antasari untuk mau kompromi. Beliau tetap melakukan perlawanan dengan penjajah, untuk merdeka," lanjutnya.
Ia mengungkapkan, almarhum Pangeran Antasari yang semasa hidupnya mendapat gelar Penambahan Amiruddin Khalifatul Mukminin menggunakan semboyan "haram manyarah, waja sampai kaputing".
Pengertian dari semboyan tersebut haram hukumnya menyerah kepada musuh, tak tergoyahkan, ulet, tabah sampai akhir. Semboyan itu juga diamanatkan almarhum kepada keturunan beliau, termasuk warga Banjar, Kalsel.
Pesan-pesan lain dari Pangeran Antasari : "lamun tanah banyu kahada handak dilincai urang jangan bacakut papadaan kita" (maksudnya kalau tanah air tidak ingin dijajah orang jangan berkelahi atau bertengkar sesama warga sendiri).
"Dari semboyan itu pula menunjukkan semangat juang atau patriotisme yang tinggi dari almarhum Pangeran Antasari, yang meninggal dunia di Bayan Begok - Hulu Teweh atau pedalaman Sungai Barito Kalimantan Tengah itu," ujarnya.
"Kita berharap, dengan peringatan wafatnya Pahlawan Nasional Pangeran Antasari, dapat menyemangati generasi sekarang dan mendatang dalam mengisi kemerdekaan, seperti tanpa pamrih dan tak kenal lelah," demikian Nasib Alamsyah.
Almarhum Pangeran Antasari mendapatkan gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 06/TK/Tahun 1968 tanggal 27 Maret 1968.
Sedangkan kerangka jenazah almarhum Pangeran Antasari itu dipindahkan dari pedalaman Kalteng dan dimakamkan kembali di salah satu kompleks pemakaman keturunan raja-raja Banjar di Jalan Masjid Jami Banjarmasin, 11 November 1958.
