Banjarmasin (ANTARA) - Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Muhammadiyah Provinsi Kalimantan Selatan menggelar pelatihan bagi kaum tuna netra untuk keterampilan pijat refleksi, yakni, memperkaya pengetahuan mereka yang memang mayoritas menggeluti jasa pijat.
Menurut Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pengusus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalsel H Hesly Junianto SH, MH di Banjarmasin, Ahad menjelaskan kegiatan itu digelar di Masjid Al-Furqon, Banjarmasin pada Sabtu (7/12).
"Sekaligus peresmian kantor pelayanan Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Al-Furqon," katanya.
Hesly Junianto menjelaskan para kaum tuna netra yang diberi pelatihan keterampilan pijat refleksi ini dari Persatuan Tuna Netra (Pertuni) Kota Banjarmasin.
"Jumlahnya sekitar 30 orang, mereka dilatih para ahli pijat refleksi," katanya.
Harapannya, kata dia, dengan sudah dilatihnya mereka akan bisa mengembangkan usaha jasa pijat, yakni tera[i pijat refleksi yang kini mulai digemari masyarakat.
"Paling tidak ada pengembangan bakat mereka, sebab mereka ini sudah memiliki dasar bisa memijat, " katanya.
Ia mengatakan bahwa anggota Pertuni ini sudah dibina sejak lama, termasuk juga di bidang keagamaan, yakni, belajar baca Al Qur'an dan fiqih serta tasawuf.
"Jadi mereka ini sudah sejak lama kita bina, kita upayakan mereka juga bisa mandiri dengan memiliki keahlian," ujarnya.
Wakil Ketua PWM Kalsel Prof Ridhani Fizi memberikan apresiasinya terhadap kegiatan pelatihan pijat refleksi bagi kaum tuna netra ini yang bekerja sama dengan layanan LAZISMU, karena ini menjadi amal salih.
Apalagi, kata dia, dalam pembekalan ini akan terus dibantu untuk tempat usahanya.
"Karena suatu saat Masjid Al-Furqon ini akan mengembangkan bisnis pijat refleksi, karena ada memiliki tempat rumah toko (ruko) yang bisa dimanfaatkan untuk itu," katanya.
Menurut Ridhani Fizi, yang juga Guru Besar UIN Antasari Banjarmasin ini, para kaum tuna netra yang sudah memiliki kepandaian dalam pijat refleksi ini akan bisa diberdayakan, sehingga mereka bisa memiliki pekerjaan yang tetap.
"Kalau sudah memiliki keahlian ini mereka juga bisa melayani panggilan nantinya," katanya.
Menurut dia, sesuai Muktamar Muhammadiyah di Makassar, Muhammadiyah sekarang ini harus bisa membantu memberdayakan kaum disabilitas atau mereka-mereka yang memiliki keterbatasan fisik dan mental, karenanya kegiatan pelatihan bagi kaum tuna netra ini sebagai salah satu aplikasinya.
"Tidak hanya tuna netra, kaum disabilitas lainnya juga diberi perhatian, dengan beragam pembinaan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Pengurus Cabang Muhammadiyah 11 Kota Banjarmasin M Natsir Bardjat mengatakan, akan ada lanjutan kegiatan dari pelatihan bagi kaum tuna netra ini kedepannya, sehingga pembinaannya bisa berlanjut.
"Kita memang merancang akan membuka tempat pijat refleksi bagi mereka," katanya.
Namun tentunya, kata ucap dia, semua ini akan dimusyawarahkan lagi dengan semua pengurus Muhammadiyah, karena harus didukung semua pihak.