Banjarmasin (ANTARA) - Ditakdirkan sebagai istri seorang kepala daerah, tentu ada konsekuensinya untuk bisa mengimbangi peran sang suami, yakni, dituntut bisa mengambil peran pula disejumlah bidang.
Hj Siti Wasilah, istri Wali Kota Banjarmasin H Ibnu Sina ini sadar akan hal tersebut, hingga beragam peran dilakoninya, sebab dia secara otomatis menjadi Ketua Tim Penggerak PKK Kota Banjarmasin.
Dia juga diangkat menjadi Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Banjarmasin, sebagai Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kota Banjarmasin dan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Banjarmasin.
Sebagai "Ibu Banjarmasin" istilahnya istri kepala daerah, perempuan yang juga aktif sebagai dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin itu mengaku dapat menjalani semua peran tersebut, dengan manajemen waktu yang tepat.
Bahkan alumni S1 kedokteran ULM Banjarmasin dan S2 kedokteran di Universitas Diponegoro, Semarang ini mengaku selalu happy, karena semua dapat dijalaninya dengan baik.
Perempuan kelahiran 30 April 1977 ini mengakui tidak sendiri dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut, namun banyak wanita hebat pula disampingnya yang selalu mendukung dan membantunya.
Baginya, bermitra dengan tokoh dan komunitas itu sangat dibutuhkan dalam mensukseskan kegiatan yang ingin dicapai, apalagi untuk kepentingan dan kemaslahatan daerah banyak yang mau bergerak.
Dia juga mengaku selalu dapat dimudahkan dalam urusan untuk memajukan organisasi yang dipimpinnya dengan bantuan orang-orang hebat disekelilingnya, utamanya ditugas pokoknya sebagai Ketua Tim Penggerak PKK.
"Karena sepuluh program pokok PKK itu luar biasa kalau betul-betul bisa kita kawal, dapat menjadi mitra pemerintah yang hebat dalam segala aspek," tuturnya.
Dia menyatakan, banyak aspek dalam program PKK yang dijalankan, di segi sosial, pendidikan, kesehatan, ekonomi maupun budaya. Di mana semua ini juga menjadi konsen pemerintah, sehingga bisa beriringan dilakukan.
Ada langkah-langkah baru yang ingin dilakukannya untuk memajukan daerah ini, misalnya di bidang ekonomi kerakyatan,
di mana perhatiannya tertuju pada kerajinan anyaman "purun" yang merupakan khas daerah.
"Banyak pengrajin di daerah kita berusia tua-tua, belum lagi bahan baku yang mulai sulit didapatkan, jadi ini tantangan kita bagaimana mengatasi semua ini," paparnya.
Sebab, kerajinan anyaman purun ini menjadi alternatif sekarang, di mana kota ini sudah berhasil dalam mengurangi sampah kantong plastik, bahkan menjadi kota percontohan nasional, khususnya di toko moderen yang tidak boleh lagi ada menyediakan.
"Bakul purun menjadi alternatif mengganti tas plastik itu, karena ramah lingkungan," ujarnya.
Gagasan
Hj Siti Wasih tidak hanya terpaku pada tugas pokok, namun berupaya membangun gagasan-gagasan baru untuk kemajuan daerah, di antaranya bidang kebudayaan, yakni, mendorong dibangunnya kampung dongeng.
"Jadi gerakan mendongeng untuk pendidikan keluarga yang sudah kita gaungkan ini harus dibuat bentuk nyatanya, dengan adanya kampung dongeng," paparnya.
Sebab, sebagai ibukota yang sudah berusia sangat tua, yakni, 493 tahun tepatnya sekarang ini, harus menjadi contoh daerah lain akan kelestarian budaya mendongeng pada masa lalu tersebut.
"Ibaratnya meski daerah kita ini sudah mengalami kemaju dan moderen, tapi mendongeng jangan sampai dilupakan bagi anak-anak kita," ujarnya.
Sebagaima yang sudah dapat diangkat kepermukaan sebagai ciri khas kuliner daerah kita, yakni, nasi astakona pada tahun lalu, di mana resepnya dan sejarahnya juga sudah dibukukan.
Bahkan kuliner dari kerajaan Banjar ini juga sudah dikuatkan dengan SK wali kota sebagai sajian kuliner utama dipercayakan besar daerah.
"Termasuk kita gagas juga kuliner khas Banjar yang harus selalu ada pada perayaan itu, kue kararaban, ipau dan katal," ungkapnya.
Adapula kuliner yang selalu direstarikan pihaknya itu untuk ditampilkan, yakni, kue 41 macam khas Banjar.
Untuk gagasan besar telah pihaknya rintis pula adalah gelar Banjarmasin Sasirangan Festival, di mana event sejak 2017 ini berjalan sangat mencuri perhatian, bahkan di nasional.
"Ini untuk menentukan bahwa Banjarmasin asal kain Sasirangan," ujarnya.
Dia merasa ada tanggungjawab untuk ikut melestarikan warisan kebudayaan nenek moyang tersebut karena ada darah itu mengalir di tubuhnya sebagai asli warga Banjar.
"Saya ini orang asli Martapura, budayawan Kalsel ibu (almarhum) Hj.Yurliani Djohansyah yang diberi gelar Datu Mangku Adat Kerajaan Banjar itu ada ikatan keluarga dengan saya, beliau berpesan agar saya mengangkat seni budaya daerah mumpung di posisi sekarang," tuturnya.
Dia berharap, amanah yang diembannya saat ini akan bisa dijalankannya dengan baik, membawa kemaslahatan yang besar bagi daerah dan masyarakat. Dan selalu Istiqomah dalam kebaikan.
Hj Siti Wasilah, Ibu Banjarmasin dengan ragam peran dan gagasan
Jumat, 4 Oktober 2019 14:00 WIB