Jakarta (Antaranews Kalsel) - Film bergenre drama fantasi karya sutradara Jepang Koji Fukada, "The Man from The Sea (Laut)" akan diputar secara khusus di Gedung Sultan Selim II ACC, Banda Aceh pada 23 Februari 2019.
Pemutaran khusus tersebut merupakan kerjasama antara komunitas Aceh Documentary dan Kaninga Pictures dengan bantuan penuh dari Japan Foundation Asia Center. Tidak berhenti sampai situ, film ini juga akan ditayangkan dalam acara Aceh Independent Cinema mulai 25 Februari - 3 Maret 2019.
"Waktu tahu film ini akan diputar khusus di Aceh, saya merasa sangat terkejut. Penasaran dengan opini masyarakat Aceh sehabis nonton film yang mengambil latar belakang tentang tsunami di Aceh. Semoga mereka senang dan tidak kecewa dengan logat Aceh saya," ujar Sekar Sari, salah satu pemain "The Man from The Sea (Laut)" melalui keterangan pers yang diterima Antara, Jumat.
Film yang menggunakan bahasa Indonesia, Jepang, Inggris dan Aceh sekaligus ini bercerita tentang seorang lelaki misterius yang muncul dan terdampar di pesisir pantai sekitar Banda Aceh. Penemuan lelaki berperawakan Jepang itu, memaksa Takako (Mayu Tsuruta) untuk mencari tahu identitasnya.
Lalu calon jurnalis, Ilma (Sekar Sari) dan teman dekatnya Kris (Adipati Dolken) yang asli Banda Aceh, serta Sachiko (Junko Abe) keponakan Takako pun turut bergabung dalam mengungkap siapa sesungguhnya lelaki misterius yang penuh teka-teki tersebut dan dari mana dia berasal. Adapun lelaki tersebut mereka beri nama Laut (Dean Fujioka).
Baca juga: Film kolaborasi Indonesia-Jepang "Laut" tayang pada Valentine
Sang sutradara, Koji Fukada mengatakan jika dirinya tidak merasakan adanya hambatan selama proses syuting, khususnya dengan para kru yang mayoritas orang Indonesia.
"Pertama kali kerja bareng dengan teman-teman dari Indonesia memberikan kesan yang berbeda. Kalau di Jepang, kami kerja dengan serius, tetapi selama syuting di Aceh kami bekerja dengan penuh tawa, dan itu yang membekas di ingatan saya. Seru sekali!," kata Fukada.
Sedangkan Adipati, mengaku cukup mendapat tantangan. Sebab, di sini dia harus berakting menggunakan bahasa Inggris.
"Tantangan dalam film ini, selain mesti beradu peran dengan teman-teman dari Jepang, adalah mesti berakting dalam bahasa Inggris. Ini pertama kalinya gue mesti berdialog dalam bahasa Inggris untuk layar lebar. Tapi dukungan dari teman-teman sesama pemain dan sutradara ngebantu gue banget," ujar Adipati.
Editor: Alviansyah Pasaribu
Pemutaran khusus tersebut merupakan kerjasama antara komunitas Aceh Documentary dan Kaninga Pictures dengan bantuan penuh dari Japan Foundation Asia Center. Tidak berhenti sampai situ, film ini juga akan ditayangkan dalam acara Aceh Independent Cinema mulai 25 Februari - 3 Maret 2019.
"Waktu tahu film ini akan diputar khusus di Aceh, saya merasa sangat terkejut. Penasaran dengan opini masyarakat Aceh sehabis nonton film yang mengambil latar belakang tentang tsunami di Aceh. Semoga mereka senang dan tidak kecewa dengan logat Aceh saya," ujar Sekar Sari, salah satu pemain "The Man from The Sea (Laut)" melalui keterangan pers yang diterima Antara, Jumat.
Film yang menggunakan bahasa Indonesia, Jepang, Inggris dan Aceh sekaligus ini bercerita tentang seorang lelaki misterius yang muncul dan terdampar di pesisir pantai sekitar Banda Aceh. Penemuan lelaki berperawakan Jepang itu, memaksa Takako (Mayu Tsuruta) untuk mencari tahu identitasnya.
Lalu calon jurnalis, Ilma (Sekar Sari) dan teman dekatnya Kris (Adipati Dolken) yang asli Banda Aceh, serta Sachiko (Junko Abe) keponakan Takako pun turut bergabung dalam mengungkap siapa sesungguhnya lelaki misterius yang penuh teka-teki tersebut dan dari mana dia berasal. Adapun lelaki tersebut mereka beri nama Laut (Dean Fujioka).
Baca juga: Film kolaborasi Indonesia-Jepang "Laut" tayang pada Valentine
Sang sutradara, Koji Fukada mengatakan jika dirinya tidak merasakan adanya hambatan selama proses syuting, khususnya dengan para kru yang mayoritas orang Indonesia.
"Pertama kali kerja bareng dengan teman-teman dari Indonesia memberikan kesan yang berbeda. Kalau di Jepang, kami kerja dengan serius, tetapi selama syuting di Aceh kami bekerja dengan penuh tawa, dan itu yang membekas di ingatan saya. Seru sekali!," kata Fukada.
Sedangkan Adipati, mengaku cukup mendapat tantangan. Sebab, di sini dia harus berakting menggunakan bahasa Inggris.
"Tantangan dalam film ini, selain mesti beradu peran dengan teman-teman dari Jepang, adalah mesti berakting dalam bahasa Inggris. Ini pertama kalinya gue mesti berdialog dalam bahasa Inggris untuk layar lebar. Tapi dukungan dari teman-teman sesama pemain dan sutradara ngebantu gue banget," ujar Adipati.
Editor: Alviansyah Pasaribu