Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Sudah beberapa bulan ini nelayan bagan di Desa Gedambaan, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan memilih libur tidak berani melaut akibat kondisi gelombang tinggi.
"Cuaca tidak menentu, teduh dua hari tapi seminggu tinggi lagi gelombangnya," kata Basri, salah seorang nelayan di Pulau Laut Utara, Rabu.
Kondisi ini sudah berlangsung sejak April lalu. Gelombang tinggi meningkatkan risiko bagi kapal-kapal balapan mereka untuk menuju bagan yang berjarak sekitar dua mil dari pantai.
Air laut juga jadi keruh sehingga menghalangi cahaya lampu dari bagan menembus air untuk menarik ikan-ikan berkumpul.
"Nelayan tidak bisa melaut, jadi tidak ada sama sekali penghasilan," keluhnya.
Diperkirakan cuaca akan kembali bersahabat bagi nelayan bagan sekitar bulan Oktober mendatang. Sementara tak bisa melaut, banyak nelayan yang beralih profesi agar tetap dapat menafkahi keluarganya.
"Ya jadi buruh harian lepas, seperti kerja bangunan atau memecah batu," tambahnya.
Seorang nelayan Desa Gedambaan lainnya, Basran, kini setiap hari mengambil upah menjadi pemecah batu gunung. Bekerja dari pagi hingga sore, ia diupah Rp100 ribu sampai Rp160 ribu.
"Ikut orang, diupah Rp 100 ribu tiga kubik, empat kubik Rp 120 ribu, lima kubik Rp 160 ribu,? tuturnya.
Kadang ia harus membanting tulang dua hari untuk bisa menghasilkan uang. Kondisi ini berbeda dengan pekerjaannya sebagai nelayan yang hasilnya lebih lumayan.
"Lumayan melaut, ya tergantung ikan, tapi kalau dapat lumayan," katanya.
Nelayan bagan Gedambaan Kotabaru tidak berani melaut
Kamis, 9 Agustus 2018 13:53 WIB