Banjarmasin, (Antaranews Kalsel) - Nahkoda Kapal Tanker Srikandi Lekius mengatakan api yang membakar kapal tanker yang dia nahkodai diduga berasal dari belakang kapal yang berjarak sekitar 30 meter dari tempat tankernya tambat.
Menurut dia, sekitar pukul 02:00 Wita dini hari, mualim 2 yang berjaga malam itu, mencium bau menyengat seperti bau bensin.
Tidak lama kemudian, ada api yang berjarak sekitar 30 meter dari buritan kapal tanker, yang saat itu sedang bongkar muatan ke depot Pertamna di Kuin Banjarmasin.
"Begitu muncul api dari belakang kapal, dengan cepat api tersebut menjalar ke air dan menyambar kapal kami yang waktu sedang bongkar," katanya.
Api dengan cepat membesar, sehingga sebanyak 18 orang yang ada di kapal, yang terdiri dari 15 ABK, satu orang surveyer dan dua orang pengawas, langsung menyelamatkan diri.
"Waktu itu, api langsung membesar, sehingga tidak mungkin lagi kami melakukan pemadaman, seluruh petugas langsung menyelamatkan diri dengan mencebur ke sungai," katanya.
Tidak lama kemudian, datang nelayan yang menolong dan segera membawa seluruh ABK ke lokasi yang aman.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, hanya satu orang yang hingga kini masih syok, menyaksikan peristiwa itu.
Lekius mengaku tidak bisa memastikan asal api tersebut, tetapi petugas jaga, melihat api berasal dari belakang kapal, bukan dari kapal.
"Yang kami bongkar saat itu kan solar, tetapi sebelum terjadi kebakaran, yang tercium adalah bau menyengat bensin, saya tidak tahu pasti apa yang terjadi," katanya.
Menurut dia, kapal Srikandi yang dia nahkodai, datang dari Kotabaru pada Rabu (23/5) dini hari, dengan memuat sekitar 4 ribu KL solar.
Saat peristiwa terjadi, seluruh ABK sedang membongkar solar, untuk disalurkan ke Depot Pertamina di Muara Kuin.
"Kira-kira saat terbakar, solar yang harus kami bongkar masih tersisa seribu KL," katanya.
Saat ini, seluruh ABK sedang berada di Polairud untuk keperluan penyelidikan.
Kapal tanker PT Pertamina Srikandi yang sedang sandar di dermaga Sungai Barito Muara Kuin Banjarmasin terbakar pada Jumat dini hari sekitar pukul 02:00 Wita.
Menurut Kapten Kapal tugboat atau kapal yang dapat digunakan untuk melakukan manuver, KM Rimau PDT 208, Sapri Eko yang pada saat kejadian berada di lokasi mengatakan, pagi itu, tiba-tiba sungai penuh dengan api.
"Saya tidak tahu pasti apa penyebabnya, tiba-tiba kapal tanker yang sadar sejak Kamis siang, terbakar, dan tumpahan minyak memenuhi alur sungai," katanya.
Saat masih terkejut melihat kapal yang terbakar itu, tambah dia, tidak lama kemudian tercium bau menyengat dari sungai, dan dalam waktu sesaat, sungai pun penuh dengan api.
"Tidak lama kemudian, api pun menyambar beberapa kapal, termasuk kapal saya, Rimau, yang tambat cukup jauh dari lokasi terjadinya kebakaran kapal Pertamina tersebut," katanya.
Menurut dia, tumpahan minyak yang dibawa arus sungai, menyebabkan penyebaran api cukup cepat terjadi.
"Sungai tiba-tiba penuh dengan api dan langsung menyambar beberapa kapal yang lokasinya cukup jauh dari kapal Pertamina tersebut," katanya.