Batulicin (ANTARA) - Tim dosen Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dan Universitas Sari Mulia menyiapkan Desa Manurung Kecamatan Kusdan Tengah Kabupaten Tanah Bumbu sebagai sentra kain tenun di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel).
"Kami bersama Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Kemenristek RI melakukan peningkatan keterampilan masyarakat desa setempat, penguatan desain inovatif, dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)," kata Ketua Tim Dosen Mengabdi ULM Samsul Hadi di Batulicin Kamis.
Baca juga: FMIPA-ULM dukungan penerapan inovasi peternakan burung puyuh
Dia mengatakan Desa Manurung dikenal sebagai desa penghasil kain tenun tradisional, sehingga wilayah ini melakukan lompatan besar dengan menggabungkan pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif melalui program pengabdian masyarakat yang terstruktur.
Dua kelompok yang menjadi mitra kerja, yaitu Kelompok Tenun Mandiri dan Kelompok Generasi Tenun Pagatan dan menjadi ujung tombak pelaksanaan program.
Para peserta dilatih untuk menjahit produk turunan berbasis kain tenun, seperti hand bag, serta diberikan pendampingan dalam pengembangan desain dan pengurusan HKI.
Hasilnya sangat signifikan dalam berbagai aspek ekonomi masyarakat. Kelompok Tenun Mandiri mencatat peningkatan keterampilan menjahit begitu bagus.
Baca juga: ULM gelar Educational Robotics, tanamkan karakter wasaka guru fisika
Sementara itu, Kelompok Generasi Tenun Pagatan membukukan kenaikan aset. Produk-produk baru ini tidak hanya memperkaya variasi tenun tradisional, tetapi juga menjawab kebutuhan pasar modern, baik dari sisi fungsional maupun estetika.
Bukan hanya berdampak ekonomi, program ini juga menumbuhkan semangat regenerasi, sehingga keterlibatan generasi muda yang sebelumnya kurang tertarik pada tenun kini menunjukkan harapan baru, mulai melihat tenun bukan sekadar warisan budaya, melainkan peluang usaha yang menjanjikan.
Pendekatan berbasis partisipasi membuat masyarakat merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap keberlanjutan program, memastikan bahwa transformasi ini tidak berhenti pada proyek jangka pendek.
Samsul menuturkan penting memahami HKI menjadi poin khusus yang diangkat, karena sebelumnya hampir seluruh desain kain tenun dan produk turunan belum memiliki perlindungan hukum, namun kini sebagian karya sudah mulai diajukan pendaftaran.
Baca juga: ULM terima dana fasilitasi BRIN riset pertanian lahan basah
"Diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan meningkatkan daya tawar produk tenun Desa Manurung di pasar yang lebih luas, dengan sentuhan inovasi dan perlindungan hukum, kita bisa membawa warisan lokal ini ke level nasional, bahkan internasional," tegasnya.
Ke depan, program ini diharapkan terus mendapatkan dukungan dari pemerintah, perguruan tinggi, dan sektor swasta, terutama dalam memperluas jejaring pemasaran dan digitalisasi promosi.
Dengan strategi yang berkesinambungan, Desa Manurung diyakini dapat menjadi model inspiratif bagi desa tenun lainnya di Indonesia.
Transformasi yang terjadi di Desa Manurung membuktikan bahwa pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif dapat berjalan seiring.
Dari sebuah desa yang sebelumnya hanya memproduksi kain mentah, kini Manurung tumbuh menjadi pusat inovasi tenun yang siap bersaing di pasar modern, membawa dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
Baca juga: Mahasiswi FKG ULM raih nilai tertinggi nasional pada uji kompetensi
