Banjarmasin (ANTARA) - Guru Haji Saiful Anshari sekilas mengungkap rahasia haji yang mendapat predikat "mabrur" (Allah terima dengan ganjarannya surga), dalam tausiyah di Masjid Assa'adah Komplek Beruntung Jaya Banjarmasin, sesudah Shalat Subuh Selasa.
"Banyak syarat untuk bisa mendapatkan haji mabrur. Syarat pertama dan utama duitnya jelas-jelas halal, " tegas Guru Saiful yang juga dengan panggilan Guru Busu (busu=panggilan urang Banjar yang dituakan).
Baca juga: Ustadz Hilal ungkap rahasia di balik ibadah haji dan qurban
Namun Guru Busu yang juga pengasuh salah satu pondok tahfiz (hafal Qu'an) di "kota seribu sungai" Banjarmasin itu tidak menjelaskan atau merincj pengertian duit halal, karena menganggap semua kaum Muslim rata-rata relatif sudah tahu.
"Yang terpenting, mari kita do'akan semoga jamaah haji tahun ini mendapatkan gelar haji mabrur. Karena kemabruran tersebut tidak tergantung, apakah Hari Raya Hajj Akbar atau tidak," ajak Guru Busu.
Guru Busu yang menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren (Ponpes) di "Tanah Banjar" Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Pulau Jawa tersebut mengemukakan itu dalam kajian rutin "Sifat 20" atau Tarekat "Asy'ariyah" (Ilmu tarekat Abul Hasan Al Asy'ari).
Dalam kajian kali ini masih tetap mengenai keberadaan zat Allah yang seorang manusia pun dapat melihat, baik melalui panca indra maupun secara abraksi (non panca indra), tetapi hanya dapat melihat tanda-tanda bahwa Allah itu ada.
Baca juga: Kaum Muslim diinginkan jangan "ingkin barajut" dan pendendam
Sebagai contoh tanda-tanda Allah itu ada yaitu dengan keberadaan dunia tentu ada yang menciptakan. "Yang menciptakan dunia tersebut ialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Kuasa dan maha segalanya.
Contoh lain yang cukup sederhana, siapa pun tidak mengetahui pasti mana yang namanya Banjar atau Banjarmasin. Karena yang ada hanya tanda-tanda Banjar, misalnya pergi ke Kelayan dan Teluk Tiram serta Teluk Dalam kesemua itu bukan Banjar secara seutuhnya.
Ia mengatakan, mempelajari Sifat 20 sama dengan mempelajari tauhid. "Memang tauhid 'nyaman dipander, ngalih diamalakan' (enak dingomongin, susah mengamalkan)," tutur Guru Busu.
Pada kesempatan itu pula, Guru Busu mengingatkan jamaah Shalat Subuh Masjid Assa'adah tersebut agar hati-hati dalam memuji atau memuliakan seseorang.
Sebagai misal memuji atau memuliakan "urang sugih" (orang kaya) iman bisa "malacong" (melompat pengertiannya hilang). "Namun kalau yang puji atau muliakan itu sosial kedermawanannya, insya Allah iman kada (tidak) malacong," demikian Guru Saiful Anshari.
Baca juga: Tuan Guru Zainuddin ungkap seorang "arifin" tak inginkan surga