"Nanti akan kita sarankan ke sekolah-sekolah untuk menguatkan lagi upaya Ecobrick, agar residu yang ada bisa dimanfaatkan, dipress dan dimasukkan ke dalam botol plastik untuk jadi nilai jual, di samping upaya kompos yang dilakukan," jelasnya.
"Jadi hasilnya (sampah organik) itu dapat didistribusikan kepada para penggiat budidaya maggot, dan kompos dapat dikerjasamakan dengan penggiat tanaman," katanya.
Baca juga: Wali Kota Banjarmasin optimis Menteri LH miliki solusi tangani TPAS Basirih
Dengan langkah langkah yang dilakukan saat ini, Ikhsan berharap TPS-3R yang tersebar di kota Banjarmasin bisa segera mengadaptasi dan meningkatkan fasilitas, termasuk dengan diaktifkannya kembali bank sampah.
Ikhsan juga meminta dukungan seluruh lapisan masyarakat agar mengurangi beban di TPS dengan memilah sampah sejak dari rumah.
"Bank sampah organik atau bank sampah non organik kita harus kita aktifkan karena meski bank sampah ini kecil kapasitasnya, namun sangat berarti dalam hal pengurangan dan pemanfaatan sampah," ujar Ikhsan.
"Sebab sampah kita adalah tanggung jawab kita," ujarnya lagi.
Diketahui, TPAS Basirih milik Pemkot Kota Banjarmasin mendapatkan sanksi tegas penutupan dari 1 Februari 2025 hingga kini dari Kementerian Lingkungan Hidup karena masih menggunakan sistem terbuka (open dumping).
Sanksi tersebut hingga membuat sampah di Kota Banjarmasin banyak timbunan atau tidak terangkut di tempat pembuangan sementara (TPS), karena produksi sampah di Kota Banjarmasin setiap harinya mencapai 650 ton.
Saat ini pembuangan akhir tergantung ke TPAS Banjarbakula di Kota Banjarbaru, tapi dibatasi hanya sekitar 200 ton per hari.
Baca juga: Banjarmasin terapkan pemilahan sampah di setiap kelurahan