Tapin, (Antaranews Kalsel) - Petani Cabai Hiyung yang berada di Desa Hiyung Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan mulai mengembangkan produksi olahan cabai menjadi abon dan sambel yang bentuknya dikemas dengan cukup menarik seperti Sambel dan abon.
Anggota Kelompok Tani Karya Baru HM Khairani ditemui di rumah produksinya di Tapin Senin mengatakan, seluruh anggota kelompoknya mulai mengolah cabai hiyung menjadi abon dan sambel sejak pertengahan 2016.
"Industri ini baru kami mulai sekitar bulan Oktober 2016, karena saat itu petani menderita kerugian akibat harga cabai turun banyak," katanya.
Cabai hiyung, merupakan jenis cabai yang memiliki rasa pedas 17 kali lipat cabai biasa. Hingga kini cabai tersebut hanya bisa tumbuh di Desa Hiyung, kalaupun bisa tumbuh di daerah lain, rasa pedasnya telah berkurang bahkan hampir sama dengan cabai biasa.
Menurut Khairani, inisiatif dibuatnya cabai Hiyung menjadi berbagai macam hasil olahan, berawal dari jatuhnya harga cabai waktu itu, sehingga membuat beberapa petani rugi dan bahkan membiarkan cabai-cabainya membusuk di pohon.
Tidak ingin menderita kerugian lebih besar lagi, tambah dia, ia bersama petani lain berinisiatif untuk membuat olahan cabai sehingga bisa dijual dengan harga lebih mahal dan tahan lama.
"Awalnya kami coba membuat olahan tersebut secara manual dengan menggunakan mesin blender," ujarnya.
Setelah melihat perkembangan pemasaran olahan cabai ini, ia bersama anggota kelompok Karya Baru berinisiatif mangajukan bantuan berupa mesin penggiling untuk membuat abon dan sambel agar mempermudah proses pembuatan dan meningkatkan hasil produksi.
"Untuk mesin pembuat abon dapat bantuan dari Astra Grup, dan untuk mesin penggiling pembuat sambel mendapat bantuan dari Dinas Pertanian Tapin," kata Khairani.
Dengan adanya bantuan tersebut, hasil produksi kedua olahan tersebut pun meningkat, bahkan dalam satu hari ia bersama anggota lainnya bisa memproduksi 150 botol olahan sambel dan abon.
"Proudksi olahan cabai ini kami buat menjadi tiga varian rasa, yakni rasa original, udang, dan bawang," terangnya.
Namun dijelaskan Khairani, walau olahannya bervarian rasa, iya menjamin untuk kualitas kepedasannya tidak berubah, namun yang berubah hanya romanya saja.
Sementara untuk pemasaran olahan cabai terpedas tersebut masih sekitar Kalimantan Selatan, namun diakuinya olahannya tersebut cukup laris dipasaran, bahkan ia bersama kelompoknya kewalahan dengan banyaknya permintaan dari konsumen.
"Untuk harga perbotol kami jual dengan harga Rp20 ribu, dan alhamdulillah cukup laku dipasaran hasil olahan cabai kami ini," kata Khairani lagi.