Banjarmasin (ANTARA) - Sekitar 50 media lokal di Kalimantan Selatan (Kalsel) baik cetak, televisi, radio dan online telah berkomitmen mengawal pemberitaan peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2025 yang menjadikan Kalsel tuan rumah tahun ini.
"Komitmen untuk berpartisipasi aktif dari kawan-kawan media ini telah ditandatangani hari ini melalui kerja sama pemberitaan dengan PWI Kalsel," kata Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kalsel Zainal Helmie di Banjarmasin, Kamis.
Diakui Helmie, pihaknya lebih merangkul media lokal dibandingkan bekerja sama dengan media nasional sejalan dengan visi di PWI Kalsel memajukan pers daerah.
"Selain media lokal, tentunya tiga media nasional seperti Perum LKBN ANTARA, TVRI dan RRI juga wajib kami rangkul karena media milik pemerintah yang punya jaringan luas se-Nusantara untuk pemberitaan," ujar Helmie.
Kemudian HPN 2025 juga melibatkan Konsorsium Pers Banua yang terdiri dari berbagai organisasi pers di Indonesia, seperti Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI), Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI), dan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).
Konsorsium ini bertujuan untuk menciptakan sinergi dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dunia pers.
“Ini konsorsium pers satu-satunya di Indonesia yang menghimpun berbagai konstituen Dewan Pers dan sangat diapresiasi oleh PWI pusat dan PWI dari provinsi lain,” ungkap Helmie.
Berbagai kegiatan telah direncanakan sebagai bagian dari rangkaian HPN 2025 mulai 7 hingga 9 Februari mendatang.
Setidaknya terdapat 12 agenda utama, salah satunya seminar Probonomik yang mengangkat isu ketahanan pangan.
Seminar ini menghadirkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, ahli pangan dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM) serta sejumlah pembicara lainnya dari tingkat nasional dan daerah.
Seminar ini diharapkan memberikan pandangan baru tentang pentingnya ketahanan pangan dalam mendukung kemandirian bangsa.
Selain itu, PWI Kalsel juga menggelar diskusi terkait permasalahan di dunia pers, termasuk pembahasan mengenai “Penumpang Gelap” di kalangan wartawan.
Isu ini dinilai krusial karena menyangkut profesionalitas dan integritas jurnalis.
“Kita menyikapi pemberitaan yang melenceng dari kaidah kode etik agar bisa meluruskan kinerja wartawan demi menghasilkan produk jurnalistik terbaik," tambah Helmie.