Dari Obrolan
Kampung Nelayan yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bersama Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) ini dibangun sekitar 22 Agustus 2022.
Pemuda desa yang peduli terhadap wisata Amoh Rama menuturkan awalnya sejumlah warga ngobrol ringan untuk mencari cara agar desa tersebut bisa maju dan berkembang seperti desa lain di Indonesia.
Obrolan tersebut disambut baik oleh pihak perusahaan tambang batu bara PT Arutmin Indonesia.
Melalui program corporate social responsibility (CSR), pihak perusahaan mendukung keinginan masyarakat dengan membersihkan dan mengatur sebidang lahan seluas kurang lebih 5.000 meter persegi untuk dijadikan pusat objek wisata yang diberi nama "Kampung Nelayan".
Kampung Nelayan memiliki geografis yang lengkap, di mana daerah tersebut berada di bibir pantai dan tebing Pegunungan Bamega.
Pantai bebatuan dan pasir, saat musim tertentu, pada bibir pantai dipenuhi pasir putih nan bersih dan di musim lainnya bibir pantai terlihat "pelontos" hanya terlihat hamparan batu yang keras.
Baca juga: Sayed Jafar dongkrak PAD Kotabaru lewat Pariwisata selama menjabat
Lahan yang masih ditumbuhi pohon kelapa tersebut kemudian dibersihkan dan ditata lebih rapi.
Tahap selanjutnya pihak perusahaan membangun sejumlah fasilitas untuk pengunjung dan pedagang yang berasal dari pelaku usaha mikro kecil dan menengah dari desa setempat berupa bangunan.
Satu persatu masyarakat desa bersama pihak swasta membangun fasilitas umum dan sarana pendukung, seperti, tenda, warung, stan, dan yang lainnya yang jumlahnya belasan bangunan di lokasi yang ada di bibir pantai tersebut.
Ketua Kampung Nelayan Muhammad Said menjelaskan, sejak Kampung Nelayan itu beroperasi pertama kalinya, pengunjung selalu berdatangan, baik dari dalam kota maupun dari luar kota Kotabaru.
Pengunjung akan semakin membludak, ketika akhir pekan dan hari libur nasional.
Bahkan di kala itu, mencari lokasi parkir saja mulai sulit, karena lahan parkir yang ada dipenuhi kendaraan roda dua dan roda empat.
Sehingga halaman warga desa di sekitar lokasi Kampung Nelayan menjadi lokasi strategis yang dipilih pengunjung untuk memarkir kendaraan.
Saat ini jumlah pengunjung rata-rata kisaran 300-700 orang dan bisa meningkat dua kali kalau pada akhir pekan atau hari libur.
Said mengakui semua itu merupakan hasil kerja sama antara masyarakat, pemerintah daerah dan swasta.
Saat ini, fasilitas di Kampung Nelayan terus dilengkapi yang disiapkan pemerintah maupun pihak swasta, seperti kapal wisata, bagan wisata, peralatan menyelam, serta fasilitas yang lainnya.
Said optimistis, suatu saat nanti akan bisa mandiri, dan tidak terus bergantung dengan pemerintah ataupun swasta.
Banyak peluang usaha yang mulai dirintis, seperti, pengelolaan stan jualan, warung, kafe, lahan parkir, sewa alat selam, sewa kapal wisata, sewa bagan wisata serta yang lainnya.
Semua itu bertujuan agar Kampung Nelayan bisa memperoleh pendapatan yang akan digunakan untuk operasional organisasi, mengembangkan obyek wisata, maupun untuk operasional objek wisata.
Kehadiran Kampung Nelayan membawa berkah bagi masyarakat di sekitarnya, para kaum perempuan yang biasanya mengurus rumah tangga, kini mereka mempunyai tugas baru untuk membuat makanan, jajanan dan aneka oleh-oleh khas Kotabaru.
Hampir setiap hari, kaum perempuan kini disibukkan untuk membantu suami dengan berjualan di Objek Wisata Kampung Nelayan.
Kehidupan para nelayan saat ini tidak hanya semata mengandalkan pendapatan dari menangkap ikan di laut, tetapi untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari mereka bisa "disokong" dari pendapatan berjualan.
Baca juga: Jumain juara Putra Pariwisata Favorit Kalimantan Selatan 2023 dari Kotabaru
Sinergi masyarakat dan pemda ciptakan destinasi baru Kotabaru
Oleh Imam Hanafi Sabtu, 30 November 2024 14:01 WIB