"Pembentukan kader ini bertujuan untuk mengubah paradigma masyarakat yang datang ke Puskesmas Mataraman bahwa, tidak semua jenis penyakit dilakukan pengobatan menggunakan obat kimia, namun dapat dilakukan secara mandiri menggunakan Toga," kata Ketua Tim PDWA Okta Muthia Sari saat dikonfirmasi di Batulicin Rabu.
Okta mengatakan, selama ini tanaman toga seperti ginseng, kunyit, chamomile, lengkuas atau laos, jahe, kencur, temu lawak dan lain sejenisnya dikenal masyarakat sebagai tanaman yang hanya digunakan untuk kebutuhan dapur saja.
Untuk merubah paradigma itu, perlu kader yang dapat melakukan sosialisasi dan pemahaman secara berkelanjutan kepada masyarakat mengenai manfaat Toga.
Tergetnya, di seluruh desa yang ada di Kecamatan Mataraman Kabupaten Banjar memiliki kader Toga. Namun saat ini sebagai Pilot Projeknya adalah tenaga Kesehatan di Puskesmas Mataraman.
Yang bersangkutan juga mendapat edukasi dari Tim PDWA mengenai khasiat dan jenis-jenis Toga serta pemanfaatan toga pada media hidroponik.
Untuk memaksimalkan program ini, Okta juga berkolaborasi dengan dosen Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya, Fakultas Pertanian ULM.
"Para narasumber akan menyampaikan sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing," terang Okta.
Okta berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan pemanfaatan Toga melalui pemberdayaan kader. arena Kader Toga sebagai salah satu komponen penting dalam permasalahan Kesehatan.
Sementara itu, Apoteker Puskesmas Mataraman Noor Raihanatul Jannah menyambut baik atas program kaderisasi yang dilaksanakan oleh Tim PDWA Program Studi Farmasi Fakultas MIPA ULM.
"Kami sangat berharap Toga di Puskesmas Mataraman dapat lebih aktif kembali, sehingga membantu ketersediaan tanaman berkhasiat obat dalam upaya promotif dan preventif bagi kesehatan masyarakat sekitar," tutup Jannah.
