Banjarmasin (ANTARA) - Ustad Haji Walad Haderawi menyatakan orang beriman tidak akan pernah putus asa dengan Rahmat Allah SWT, tetapi justru sebaliknya terus berupaya mencari Rahmat Nya.
Pernyataan ustadz yang menyandang gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) itu dalam sebuah kajian "Kalam Hikmah" Ibnu Athaillah Askandari di Masjid Al Falah Komplek Bumi Pemurus Permai Banjarmasin Selatan, sesudah Shalat Subuh Senin.
Ibnu Athaillah Askandari seorang tokoh Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka dunia dan termasuk Indonesia, lahir di Aleksandaria Mesir Tahun 1260 dan meninggal dunia di Kairo Mesir Tahun 1309.
Dalam Kalam Hikmah Ibnu Athaillah tersebut membicarakan hubungan atau kedekatan Allah dengan hamba Nya maupun sebaliknya yang terkadang terlupakan/terabaikan.
Ustadz Walad yang pernah mendalami ilmu agama di "Darul Musthafa" Hadramaut Yaman tersebut mengingatkan, kedekatan dengan Allah tidak hanya ketika mendapatkan nikmat daripada Nya atau sebaliknya.
*Memang dalam fenomena kehidupan manusia ada yang bersyukur ketika mendapatkan nikmat dari Allah dan ada pula yang lupa bersyukur," kata putra almarhum H Haderawi - seorang tokoh ulama di Kalsel atau Kota Banjarmasin khususnya.
Begitu pula ketika mendapat musibah atau ujian dari Allah, ada yang dekat dan lupa dengan Nya, lanjut Ustadz Walad yang mengisi pengajian rutin di Masjid Al Falah tiap Subuh Senin (jika tidak berhalangan).
![](https://img.antaranews.com/cache/730x487/2024/05/20/IMG20240520054632.jpg)
Menurut dia, seseorang yang mengeluh atau ngomel atas segala musibah/ujian Allah bukan saja menunjukkan kekurangdekatan hubungan dengan Nya, tapi justru cenderung mengingkari atas Kemahakuasaan Allah SWT tersebut.
"Semestinya sebagai bukti kedekatan dengan Allah, ketika mendapat nikmat dan musibah tetap tidak melupakan Nya," tegas Ustadz Walad di hadapan jamaah Masjid Al Falah itu.
Pada kesempatan itu pula, Ustadz Walad mengingatkan, seorang Muslim agar jangan pernah menghiraukan atau menjelekkan orang lain.
"Pasalnya kita tidak tahu 'ending' (akhir) dari perjalanan hidup seseorang. Siapa tahu misalnya seorang non Muslim sekalipun ketika menjelang akhir hayatnya memeluk agama Islam, maka yang bersangkutan bisa masuk surga," demikian Ustadz Walad Haderawi.