Tradisi turun temurun ini, diungkap Mutalib, untuk menanamkan cinta terhadap Rasulullah Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam sejak dini kepada anak-anak umur nol sampai 17 tahun, sekarang berkembang semua kalangan bisa mengikuti tradisi keagamaan itu.
"Sekarang berubah, karena adanya nazar, tak hanya anak-anak, juga diikuti orang dewasa hingga lansia," ujarnya.
Adapun jamaah termuda dan tertua yang mengikuti tradisi keagamaan itu, yakni Nabila Azzahra (tujuh hari) dan Siti Arfah (95 tahun) berasal dari Kabupaten Tapin.
"Sedangkan yang terjauh, Jakarta, Jawa Timur dan Wonogiri," ungkapnya.
Penjabat Bupati Tapin Syarifuddin mengungkapkan acara Baayun Maulid merupakan salah satu wisata budaya religi masyarakat Kalimantan Selatan.
"Kegiatan ini masuk dalam kalender event tahunan Kalimantan Selatan," ujar Syarifuddin.
Sebelumnya, Baayun Maulid pada 2008 tercatat Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan peserta terbanyak se-Indonesia pada kegiatan budaya yang pernah ada.
Bahkan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia menetapkan Baayun Maulid mendapat penghargaan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada 2015.
Baca juga: Tradisi Baayun Maulid di Tapin diikuti 4.481 orang