"Kami mengapresiasi tradisi Baayun Maulid dan minta agar selalu dijaga dan dipelihara sehingga tetap lestari," ujarnya di Banjarbaru, Kamis usai mengikuti "Baayun Maulid" di museum Lambung Mangkurat.
Menurut Wartono yang hadir pada acara tahunan dan dibuka Gubernur Kalsel Sahbirin Noor itu, Baayun Maulid selain sebagai tradisi juga salah satu bentuk menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad.
Oleh karenanya, tradisi yang sudah sejak dulu diselenggarakan tersebut harus dijaga dan terus dilestarikan masyarakat sehingga tetap lestari serta diketahui anak cucu di masa yang akan datang.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengatakan, Baayun Maulid salah satu bentuk nyata menjaga tradisi dan kecintaan umat Islam kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam panutan kaum muslim.
"Kami berharap, Baayun Maulid yang menjadi tradisi masyarakat terutama suku Banjar di Kalsel ini tetap lestari dan terus dilaksanakan setiap tahun serta diikuti ratusan bahkan ribuan anggota masyarakat," katanya.
Baayun Maulid yang dilaksanakan di halaman Museum Lambung Mangkurat Kalsel di Banjarbaru diikuti 155 peserta, peserta termuda bayi berusia 11 hari, dan peserta tertua berusia 83 tahun.
Baayun Maulid adalah mengayun bayi atau anak dan bisa juga orang dewasa seraya membaca syair maulid untuk memperingati bulan kelahiran Nabi Muhammad setiap tanggal 12 Rabiul Awal Hijriah.
Kegiatan yang penuh dengan nuansa keagamaan itu menjadi adat budaya dan tradisi masyarakat khususnya Suku Banjar di Kalsel yang setiap bulan Rabiul Awal memperingatinya dengan penuh kegembiraan.