Banjarbaru (ANTARA) - Kepala Kepolisian Resor Banjarbaru, Polda Kalimantan Selatan AKBP Dody Harza Kusumah berkoordinasi memberikan bantuan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak kebakaran hutan dan lahan.
"Kami koordinasi dengan Pemkot Banjarbaru melalui Dinas Kesehatan untuk memberikan bantuan warga terdampak karhutla. Jangan sampai mereka alami gangguan kesehatan," ujarnya di Banjarbaru, Jumat.
Menurut Dody, pihaknya sudah menerima laporan masyarakat terkait gangguan pernapasan yang dialami warga diduga akibat terhirup asap pasca karhutla yang terjadi di kawasan Kecamatan Liang Anggang.
Dody menuturkan, bantuan yang bisa diberikan kepada warga yang mulai terganggu pernapasannya sebagai terdampak karhutla bisa melayani pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan yang diturunkan.
"Melalui koordinasi itu, kami minta petugas kesehatan diturunkan untuk memeriksa kesehatan masyarakat sehingga dapat dicegah dampak buruk karhutla seperti gangguan saluran pernapasan," ucapnya.
Dody mengatakan, pihaknya juga sudah meminta bantuan mobil ATV kepada Wali Kota Muhammad Aditya Mufti Ariffin dan diberi empat unit yang akan dibagikan kepada Polsek Liang Anggang dan Cempaka.
"Kawasan hutan dan lahan pada dua kecamatan tersebut sering terbakar sehingga mobil ATP diserahkan agar bisa lebih maksimal memadamkan api khususnya ke kawasan yang susah dijangkau," ungkapnya.
Dikatakan, terkait penanganan karhutla di lapangan, juga sudah dibentuk tim Unit Kecil Lengkap (UKL) yang terdiri dari personel gabungan semua fungsi di jajaran Polres Banjarbaru.
"Tim UKL siap siaga turun ke lokasi jika terjadi karhutla dan bersama unsur lainnya ikut bekerja sama melakukan pemadaman termasuk penyelidikan mengenai penyebab terjadinya kebakaran," katanya.
Terkait penindakan terhadap pelaku karhutla, Dody menegaskan sudah memproses satu perkara hingga menetapkan satu tersangka yang masih ditangani intensif sebelum diajukan ke pengadilan.
Sementara itu, salah satu orang tua santriwati sebuah pondok pesantren di Kecamatan Liang Anggang menyampaikan informasi terkait gangguan pernapasan yang dialami ribuan santriwati termasuk ustazah.
"Kami prihatin melihat santriwati dan ustadzah mengalami gangguan pernapasan seperti batuk-batuk yang diduga akibat terhirup asap setelah malam harinya terjadi karhutla," ucap Musfa, orang tua santriwati.