Berdasarkan hasil penelitian, kemunculan sumber mara air panas di kawasan Geopark Pegunungan Meratus termasuk di dalam kategori sistem panas bumi non vulkanik radiogenik.
Di mana sistem panas bumi ini tidak berkaitan langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur gunung api Kuarter atau jalur gunung api saat ini.
Terdapat dua sumber air panas di kawasan Geopark Pegunungan Meratus ini yang masih alami dan satunya sudah dikembangkan menjadi wisata pemandian air panas, yakni, Mata Air Tanuhi.
Wisata pemandian Mata Air Panas Tanuhi bagian dari 54 situs Geopark Pegunungan Meratus Nasional yang kini diajukan untuk diakui UNESCO Global Geopark (UGGp).
Baca juga: Meratus Geopark-oriented Pokdarwis Jamboree to be held at Kiram Park
Mata Air Panas Tanuhi dipetakan sebagai situs Geopark Pegunungan Meratus pada rute Utara bersama Balai Adat Malaris, Bukit Langara, Air Terjun Kilat Api, Bamboo Rafting, Tebing Batu Gamping Batu Laki, Pemandangan Bukit Kentawan, Sentra Dodol Kandangan dan Goa Batu Hapu.
Tema pada rute Utara Geopark Pegunungan Meratus ini, yakni "Mengikuti suara angin menuju keajaiban Dayak Meratus".
Pariwisata Geopark
Tenaga Ahli Badan Pengelola Geopark Pegunungan Meratus Kalsel Nur Arif, menyebutkan situs Geopark tidak terpisahkan dari sektor pariwisata.
Ini juga sesuai dengan Perpres Nomor 9 Tahun 2019 tentang Pengembangan Taman Bumi (Geopark).
Berawal dari Perpres ini, pemerintah konsen terhadap Geopark ini termasuk dalam prioritas pembangunan untuk tujuan pariwisata.
Namun pariwisata untuk pengembangan masyarakat sekitar, sebab situs Geopark itu harus berada di sekitar masyarakat, sehingga ada dampaknya.
Baca juga: Kalsel gelar Jambore Pokdarwis berwawasan Geopark Meratus