Sekretaris Desa Mali-Mali Fazriannur di Martapura, Senin mengatakan, penyebab kematian ikan keramba jenis Nila dan Mas diduga akibat kondisi air bendungan Karang Intan yang surut karena kemarau.
"Penyebab matinya belasan ton ikan di dalam keramba diduga akibat air bendungan Riam Kanan menyurut sehingga mengalami perubahan warna dan kurang oksigen hingga ikan-ikannya mati," ujar Fazriannur.
Baca juga: Sahmadi dan warga komitmen jadikan Desa Jungkal pembudidaya ikan
Baca juga: Sahmadi dan warga komitmen jadikan Desa Jungkal pembudidaya ikan
Menurut Fazriannur, belasan ton ikan yang mati itu berasal dari 150 lebih Keramba Jaring Apung (KJA) milik sejumlah pembudidaya yang cukup lama menjalankan usahanya dengan memanfaatkan air bendungan.
Fazriannur menuturkan, penurunan air bendungan Riam Kanan terjadi sejak lima hari lalu seiring cuaca yang panas dan kering tanpa adanya hujan disusul perubahan warna air yang kekurangan oksigen.
"Kurang maksimalnya aliran air dari Bendungan Karang Intan memang biasa terjadi saat musim kemarau dan karena perubahan air akibat kurangnya oksigen membuat ikan mati sejak tiga hari lalu," ucapnya.
Dikatakan Fazriannur, pihaknya sudah melaporkan kematian ikan keramba yang jumlahnya mencapai belasan ton ke dinas terkait dan mengharapkan segera direspon dan ditindaklanjuti penanganannya.
Baca juga: KKP antisipasi bencana alam dengan asuransi pembudi daya ikan
Baca juga: KKP antisipasi bencana alam dengan asuransi pembudi daya ikan
Fazriannur mengakui, kematian ikan keramba yang jumlahnya sangat banyak itu selalu terjadi saat musim kemarau sehingga pembudidaya mengalami kerugian yang mencapai puluhan hingga ratusan juta.
"Pembudidaya berharap debit air yang berasal dari bendungan Riam Kanan bisa ditinggikan terutama di musim kemarau sehingga tidak surut dan berdampak pada kondisi air yang kurang oksigen," ungkapnya.
Ditambahkan, langkah mitigasi atau penanggulangan dilakukan dengan membuat sumur untuk menampung ikan saat kemarau karena pasokan air dari bendungan Riam Kanan terbagi dengan air untuk irigasi.
Salah satu pembudidaya ikan Heru mengatakan, sebanyak empat ton ikan di keramba miliknya mati dan tidak bisa diselamatkan padahal tiga ton diantaranya sudah siap dipanen sehingga kerugian ratusan juta.
"Kerugian diperkirakan mencapai Rp100 juta lebih dan ikan yang mati kami kubur di daratan sekitarnya karena jika dibiarkan mati di air dan tetap mengambang dikhawatirkan mencemari kondisi air," katanya.
Baca juga: Pertamina alokasikan dana bantu pembudidaya ikan Kadaman
Baca juga: Pertamina alokasikan dana bantu pembudidaya ikan Kadaman