Martapura (ANTARA) - Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Ahmadi minta pembudidaya keramba sistem jaring apung menjaga kualitas air untuk mencegah kematian ikan seperti yang dialami pembudidaya ikan di Desa Mali-Mali Kecamatan Karang Intan.
"Kami minta pembudidaya untuk menjaga kualitas air sehingga ikan di dalam keramba tetap hidup karena musim kemarau membuat oksigen dalam air berkurang," ujarnya di Kota Martapura, Senin.
Ahmadi menuturkan, pembudidaya juga diminta membuat aerator yang berguna untuk menambah oksigen dengan cara membuat pancuran air yang diarahkan ke dalam keramba sehingga muncul gelembung udara.
"Langkah lain, ikan dalam keramba jangan terlalu banyak diberi makan karena volume air yang surut dari biasanya membuat nafsu makan ikan menurun dan pakan ikan bisa mempengaruhi oksigen," ungkapnya.
Dikatakannya, pembudidaya juga diminta jangan membiarkan ikan yang mati mengambang di atas air, sebaiknya di buang atau dikubur ke darat agar kualitas air tetap terjaga dan ikan yang masih hidup bisa selamat.
"Hasil uji sampel, oksigen dalam air di bawah empat. Namun, Senin malam ini kami dapat informasi, oksigen sudah mencapai delapan. Semoga bisa bertahan dan tidak turun lagi sehingga ikan keramba tetap hidup," kata dia.
Mengenai bantuan terhadap para pembudidaya yang belasan ton ikan dalam kerambanya mati, Ahmadi mengatakan, akan berkoordinasi dengan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, Karang Intan.
"Kami bekerja sama dengan BPBAT jika memang pembudidaya minta bantuan bibit ikan. Tentunya sesuai prosedur dibuatkan proposal agar bantuan bisa disalurkan sesuai kebutuhan," katanya.
Sekretaris Desa Mali-Mali Fazriannur di Martapura, Senin mengatakan, penyebab kematian ikan keramba jenis Nila dan Mas diduga akibat kondisi air bendungan Karang Intan yang surut karena kemarau.
"Penyebab matinya belasan ton ikan di dalam keramba diduga akibat air bendungan Riam Kanan menyurut sehingga mengalami perubahan warna dan kurang oksigen hingga ikan-ikannya mati," ujar Fazriannur.
Menurut Fazriannur, belasan ton ikan yang mati itu berasal dari 150 lebih Keramba Jaring Apung (KJA) milik sejumlah pembudidaya yang cukup lama menjalankan usahanya dengan memanfaatkan air bendungan.
Fazriannur menuturkan, penurunan air bendungan Riam Kanan terjadi sejak lima hari lalu seiring cuaca yang panas dan kering tanpa adanya hujan disusul perubahan warna air yang kekurangan oksigen.