Paringin (ANTARA) - Obyek wisata Pasar Budaya Racah Mampulang Desa Balida Kecamatan Paringin Kabupaten Balangan Minggu (20/11) pagi terlihat lebih meriah dibanding hari sebelumnya.
Sambil duduk bersila para pemain musik tradisional tampak asyik mengiringi gerak penari berpakaian khas Banjar di tengah kawasan wisata ini.
Penampilan apik dari sanggar tari Balida Satria yang menyuguhkan Tarian bertajuk Galuh Baegal (perempuan Banjar menari) menyedot perhatian pengunjung.
Kemeriahan juga tampak di pintu gerbang saat pemuda dengan kostum kulit kayu khas Dayak memamerkan atraksi menyemburkan api menggunakan bubuk damar di hadapan pengunjung.
Atraksi ini menggambarkan kebudayaan Dayak yang masih memanfaatkan hasil alam seperti Damar yang menjadi salah satu bahan baku dalam pembuatan tatto Dayak.
Selain beratraksi pemuda yang didampingi pemudi asal Desa Balida juga bertugas menyambut kedatangan para pengunjung.
"Kami ingin melestarikan sekaligus mempromosikan kesenian tradisional melalui pasar budaya ini," ungkap Kepala Desa Balida Syahridin.
Ada tujuh sanggar seni di Desa Balida yang biasa tampil hingga ke luar Kabupaten Balangan diantaranya wayang gong, tari baksa, kuda gepang, musik panting, wayang kulit, madihin dan kuntau.
Syahridin mengatakan sanggar seni yang ada juga pernah menerima sejumlah penghargaan dan prestasi di berbagai pentas seni.
"Beberapa sanggar aktif tampil di dalam maupun luar kabupaten seperti wayang gong, tari baksa dan kuda gepang," ungkapnya.
Selain tarian lokal pasar budaya juga menyuguhkan permainan tradisional seperti balogo dan batungkau yang cukup menghibur jelas Syahridin.
Menggunakan koin atau racah pengunjung bisa menikmati aneka kuliner khas Banjar yang tersedia dengan harga terjangkau.
Festival budaya tiap bulannya ungkap Syahridin cukup ampuh meningkatkan jumlah pengunjung yang datang ke Desa Balida yang menjadi binaan PT Adaro Indonesia.
Dengan tiket masuk yg murah hanya Rp5.000, pengunjung tidak hanya dari Balangan tetapi juga banyak berdatangan dari luar Balangan.
"Pengunjung lebih banyak jika ada pagelaran budaya. Setiap pengunjung harus menukarkan uang dengan koin racah dimana 1 koinnya senilai Rp1.000 dan Rp5.000 untuk bertransaksi" ungkapnya.
Syahridin yang pernah meraih penghargaan Pemuda Pelopor seni budaya tingkat nasional bidang seni budaya 2010 ini mengakui pasar budaya jadi ajang pengembangan seni dan budaya tradisional di Desa Balida.
Pembangunan dan pengembangan pasar budaya ini menggunakan dana tanggungjawab sosial atau CSR PT Adaro Indonesia termasuk festival budaya pasca pandemi COVID-19.
Dan merupakan bagian dari Program Desa Mamanda (Masyarakat Maju dan Berdaya) dimana sejak tahun 2018 Adaro melatih pengurus Bumdes untuk memetakan dan mengembangkan potensi di Desa Balida.
Terbukti hingga saat ini, Desa Balida yang sebelumnya kategori Desa Berkembang telah berubah menjadi Desa dengan Kategori Maju pada tahun 2022 dari Kementerian Desa RI.
Selain itu, Desa Balida dinobatkan sebagai Desa BRILIAN dari Bank BRI Tahun 2022.
Perwakilan manajemen CSR PT Adaro Indonesia Firmansyah menyampaikan rasa syukurnya karena pagelaran seni dan permainan tradisional hari ini bisa dilaksanakan untuk kedua kalinya di Desa Balida pasca pandemi COVID-19.
"Kita berharap pagelaran budaya bisa dilaksanakan tiap bulan sebagai upaya membangkitkan kesenian dan meningkatkan ekonomi masyarakat daerah," ungkapnya.