Banjarmasin (ANTARA) - Sekarang ini di bulan Agustus, hangat semarak semangat mengenang hari Kemerdekaan Republik Indonesia, dan bendera merah putih dipasang di mana-mana sebagai bentuk cinta Tanah Air.
Rizkan Fadhiil (27) kali ini mencoba mengambil momentum HUT ke-77 RI, sebagai refleksi gerakan para pemuda di daerahnya yaitu di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, agar lebih mantap lagi di masa kini dan datang.
Baca juga: M Rizkan Fadhiil pemuda Tapin banyak pengalaman organisasi dan prestasi
“Pemuda Tapin hari ini harus mengetahui bahwa mereka adalah bagian dari sejarah. Kita perlu tahu bahwa di balik kehidupan berbangsa dan bernegara sekarang, ada tokoh-tokoh penting yang memiliki andil besar pada 1945 lalu, misalnya Sukarni, Wikana, Sayuti Melik, Khairul Saleh hingga Adam Malik dan lainnya” ungkap aktivitas muda kelahiran 30 Desember itu.
Orang orang tersebut saat masa mudanya, kata Rizkan, kental dengan sejarah kemerdekaan yang diproklamasikan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945.
Berkaca dari revolusi pemuda dan kehidupan pemuda saat ini, dinyatakannya semangat perjuangan kemerdekaan itu harus diteruskan.
Mempertajam topik ini, Rizkan mencontohkan tindakan pemuda menjelang kemerdekaan. Saat itu terjadi perbedaan gerakan antara golongan tua, dan golongan muda lah yang mendorong paksa agar proklamasi harus disegerakan tanpa harus melalui Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang ada campur tangan Jepang itu.
“Mendengar sikap golongan tua itulah golongan muda memutuskan untuk 'menculik' Soekarno-Hatta agar menjauhkan keduanya dari pengaruh Jepang dan melahirkan yang namanya peristiwa Rengasdengklok. Setelahnya menemui kesepakatan menghantarkan kemerdekaan RI dan keterlibatan pemuda itu adalah revolusi pemuda,” tegas anggota KNPI itu.
Lanjutnya, pemuda harus tahu harapan bangsa terhadapnya juga terkait perjuangan pemuda dari masa ke masa. Sebelum kemerdekaan, kata dia, pergerakan pemuda sudah ada terutama sejak era kebangkitan nasional 1908, sumpah pemuda 1928, kemerdekaan RI 1945, era reformasi 1998 hingga sekarang.
“Pemuda tidak lepas dengan yang namanya pergerakan, pemuda akan selalu menjadi orang yang membuat sejarah, menjadi tulang punggung bagi setiap pergerakan perubahan di setiap perjalanan bangsa ini” jelas,
Di momentum Kemerdekaan RI ini, kata dia, pemuda Tapin perlu menyadari dinamika pemuda sekarang sangatlah kompleks, ada yang hilang dan menjadi divergensi cita-cita bangsa yang membahayakan.
“Di antaranya yang hilang dan harus dibangun yakni konsistensi kekuatan pemuda bangsa yang berkualitas dan berkepribadian tangguh yang itu bukan perkara mudah, namun tanggungjawab membangun ini harus dilakukan” ujarnya.
Maka, kata dia, pemuda Tapin harus mewujudkan daerahnya layak pemuda dan mendorong dilakukannya konferensi atau simposium pemuda Tapin.
“Kabupaten Tapin harus layak pemuda dan setelah ini kita harus lakukan kegiatan konferensi atau simposium pemuda Tapin. Hal ini sangat penting untuk menyatukan dan membahas apa-apa saja yang menjadi konsentrasi dan cita bersama dalam melakukan perubahan di Tapin yang lebih baik” katanya, mengajak.
Di Kalsel, kata dia, di beberapa daerah sudah terdengar suara untuk mendapatkan predikat layak pemuda, misalnya Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Banjar.
Begitupun Tapin, ingin Rizkan agar jangan sampai tertinggal ikut mengamalkan instruksi Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga nomor 11 tahun 2017 tentang Pengembangan Kabupaten/Kota Layak Pemuda.
"Adapun kriteria kabupaten layak pemuda meliputi : kesediaan regulasi kepemudaan, kesediaan anggaran kepemudaan, implementasi program kepemudaan, dan pelembagaan partisipasi pemuda," ujar pemuda segudang pengalaman organisasi ini.
Untuk lebih jelas, kata dia, ada tertuang dalam peraturan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Nomor 1.22.8 tahun 2019 tentang petunjuk teknis indikator dan bobot nilai pelayanan kabupaten/kota layak pemuda.
"Melalui media ini adalah cara kita menyumbangkan pemikiran untuk daerah tercinta, sebagaimana harapan kebanyakan pimpinan terhadap pemuda," ujar penggemar sosok Tasan dan Panyi pahlawan Tapin itu.
Sebagai penutup, mengambil semangat konseptor pertama RI yang berkata dalam bukunya, "Bangsa yang merdeka 100% adalah bangsa yang sanggup mandiri secara mental, budaya, politik, pertahanan, dan ekonomi; tidak bergantung pada dan dikuasai oleh bangsa lain. " - Tan Malaka, 'Merdeka 100%' (1946).
Baca juga: Tokoh pemuda apresiasi Kejaksaan Negeri Tapin berani usut kasus korupsi di tubuh pemerintahan