Banjarmasin (ANTARA) - Kasus Stunting merupakan permasalahan serius yang dialami balita di Indonesia bahkan dunia, dari data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, prevalensi stunting saat ini berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi Kalsel, Roy Rizali Anwar, ST, MT, saat mewakili Gubernur Kalsel membuka secara resmi Sosialisasi Rencana Aksi Nasional Penurunan Stunting Indonesia (RAN PASTI) di Galaxy Hotel Banjarmasin pada Senin (21/3)
Meski prevalensi stunting telah mengalami penurunan setiap tahunnya, namun penanganan stunting harus tetap menjadi prioritas bersama. Untuk mencapai target nasional sebesar 14 persen di tahun 2024.
“Ini tidak bisa dipandang sebelah mata, kita tidak boleh mengendurkan upaya pencegahan dan penanganan stunting,” katanya.
Roy menambahkan, berdasarkan data hasil Studi Status Gizi Indonesia atau SSGI, angka stunting Kalsel tahun 2021, masih berada di atas rata – rata nasional dan menempati urutan ke 6 tertinggi di indonesia dengan angka 30 poin
Mengingat pentingnya penanganan stunting tersebut, diharapkan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) segera merencanakan aksi penangangan dengan memfokuskan pada kantung-kantung stunting yang ada di kabupaten dan kota di Kalsel.
“Ada 5 kabupaten dengan angka stunting lebih tinggi dari rata – rata provinsi, yaitu Kab Tanah Laut, Balangan, Barito Kuala, Tapin, dan Kab Banjar,” tambahnya.
Sementara Ari Dwikora Tono dalam paparannya menyampaikan, BKKBN diberi amanah oleh Presiden Joko Widodo sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 72/2021.
Melalui sosialisasi RAN PASTI ini, dapat memberikan penjelasan secara komprehensif kepada para pemangku kepentingan mengenai mekanisme tata kerja percepatan penurunan stunting di tingkat provinsi, kabupaten dan kota serta desa.
“Jumlah penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh generasi muda yang baru berkeluarga dan yang akan berkeluarga. Tahun 2025 hingga 2035 adalah puncaknya bonus demografi sehingga kita tidak boleh lengah akan potensi lahirnya bayi-bayi stunting. Stunting bisa dicegah asalkan kita semua berkonvergensi untuk mengatasi persoalan itu,” ungkapnya.
Dalam sosialisasi ini, Ari Dwikora Tono, menguraikan penjelasan mengenai mekanisme tata kerja percepatan penurunan stunting di tingkat provinsi, kabupaten dan kota serta desa.
Menurut Ari, BKKBN menyadari peran keluarga begitu sangat strategis sehingga patut disematkan sebutan keluarga sebagai tiang negera. Keluarga yang sehat, produktif dan memiliki kualitas dipastikan akan memiliki bayi-bayi yang sehat pula.
Stunting merupakan sebuah kondisi gagal pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak-anak akibat kurangnya asupan gizi dalam waktu yang lama, infeksi berulang, serta stimulasi psikososial yang tidak memadai terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan sang anak.
Stunting ditandai dengan pertumbuhan yang tidak optimal sesuai dengan usianya. Anak yang tergolong stunting biasanya pendek walau pendek belum tentu stunting serta gangguan kecerdasan.
Probematika stunting akan menyebabkan kesenjangan kesejahteraan yang semakin buruk bahkan stunting dapat menyebabkan kemiskinan antar generasi yang berkelanjutan.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya Sekdaprov Kalsel menerima piagam penghargaan, atas keberhasilan Pemprov Kalsel meraih juara Juara 2 Capaian KB MKJP Tk Provinsi Kalimantan Selatan Target MKJP < 1.500 dan Juara 3 Total Capaian Pelayanan KB Tk Provinsi Kalimantan Selatan Target Total 10.000-60.000, Hari Keluarga Nasional ke-28 tahun 2021 lalu.