Banjarmasin (ANTARA) - Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) Kalimantan Selatan menciptakan alat cerdas untuk mendeteksi lebih dini akan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
"Alat tersebut kami beri nama Depisa Poliban atau deteksi asap dan api Poliban," ungkap Ketua Tim Peneliti Poliban Reza Fauzan di Banjarmasin, Selasa.
Baca juga: Direktur Poliban apresiasi dukungan pemerintah tingkatkan tukin dosen
Menurut dia, alat ini dirancang dengan teknologi inovasi, yakni sistem cerdas berbasis Internet of Things (IoT) yang dilengkapi dengan kamera pengawas dan kecerdasan buatan untuk mendeteksi tanda-tanda visual kebakaran secara real-time.
Menurut dia, sistem ini tidak hanya dapat digunakan di area dengan akses listrik konvensional, tetapi juga dirancang agar mampu beroperasi secara mandiri di lokasi terpencil melalui pemanfaatan panel surya.
Diungkapkan Reza, dengan dukungan konektivitas seluler, peringatan dini dapat dikirimkan secara otomatis ke server pusat dan aplikasi mobile, memungkinkan intervensi cepat ketika potensi bahaya terdeteksi.
Menurut dia, inovasi ini lahir dari hasil kolaborasi antara Poliban, Minat Riset Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek), serta Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) – Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Dikatakan dia, melalui kerja sama ini, ketiga institusi mendorong pengembangan teknologi tepat guna yang dapat diterapkan secara langsung dalam konteks lokal untuk menjawab permasalahan kebakaran yang seringkali terjadi di lahan-lahan milik masyarakat, khususnya di Provinsi Kalsel.
Baca juga: Poliban-Polatta jajaki kerja sama strategis
Tim Peneliti pencipta alat ini gabungan dosen dan teknisi Poliban, yaitu dirinya sebagai ketua tim dengan anggota adalah Abdul Rozaq, Effan Najwaini, Agus Pebrianto, Rahimi Fitri dan Evi Widiastuti.
"Kita bersama berperan aktif dalam seluruh proses, mulai dari perancangan awal, integrasi sistem perangkat keras dan lunak, hingga uji coba di lapangan. Seluruh tahapan dirancang dengan mempertimbangkan tantangan geografis dan teknis yang dihadapi di lokasi sebenarnya," jelasnya.
Reza mengatakan, sistem ini bukan hanya ditujukan untuk memperkuat deteksi dini secara teknis, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi akademik terhadap persoalan nyata di lapangan.
"Kami berharap kehadiran Depisa Poliban dapat membantu mengenali asap sejak awal kemunculannya, sehingga tindakan cepat dapat diambil sebelum api meluas," ujarnya.
Hal ini penting, kata Reza, karena sebagian besar kebakaran terjadi di lahan-lahan masyarakat, yang dampaknya tidak hanya merugikan secara ekonomi tetapi juga mengancam keselamatan lingkungan.
Reza berharap adanya keterlibatan aktif dari pemerintah daerah dalam mendukung implementasi sistem ini ke depannya.
"Kami yakin bahwa upaya pencegahan kebakaran tidak cukup hanya dari sisi teknologi. Perlu ada dukungan kebijakan, respon cepat dari pemangku wilayah, dan kolaborasi berkelanjutan agar sistem seperti ini benar-benar dapat memberikan dampak nyata," demikian katanya.
Baca juga: Poliban raih penghargaan BNN sebagai kampus komitmen berantas narkoba
