Jakarta (ANTARA) - Peneliti di Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Amin Soebandrio mengatakan bahwa memutus rantai penularan dapat mencegah terjadinya mutasi pada virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 yang dapat menghasilkan varian baru.
"Mencegah mutasi pada umumnya sedapat mungkin memutuskan rantai penularan supaya virusnya tidak menemukan host (manusia) baru sehingga tidak ada mutasi," kata Amin saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Minggu (9/1).
Mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman itu menuturkan varian baru bisa muncul karena ada mutasi, dan mutasi itu terjadi ketika virus bereplikasi atau memperbanyak diri di dalam sel tubuh manusia.
Replikasi terjadi, katanya, saat virus masuk ke dalam sel baru saat menginfeksi seseorang atau ketika virus menemukan host (manusia yang akan diinfeksi virus) baru.
Menurut dia, jika virus tidak menemukan host baru, maka replikasi tidak terjadi dan mutasi pun tidak terjadi.
Baca juga: Kemenkes meneliti mutasi virus yang berpotensi dibawa pendatang India
"Kalau dia (virus) tidak diberi kesempatan untuk menginfeksi host baru, tidak masuk ke dalam sel, maka dia tidak akan replikasi. Kalau dia tidak replikasi, maka dia tidak akan bermutasi," tuturnya.
Upaya yang dapat dilakukan untuk memutus rantai penularan COVID-19, menurut dia, adalah dengan konsisten menerapkan protokol kesehatan 5M dan melakukan vaksinasi.
Ia menjelaskan 5M itu meliputi menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, dan mengurangi mobilitas.
Pelaksanaan protokol kesehatan dan vaksinasi, katanya, juga dibarengi dengan mengintensifkan 3T (tracing, testing, treatment) atau pelacakan kontak, pengujian dan pengobatan.
"Kita bisa memutuskan rantai penularan, maka replikasi dan mutasi akan bisa kita minimalisasi," ujar Amin.
Baca juga: LIPI: Mutasi N439K sebabkan virus dapat hindari antibodi